Liputan6.com, Jakarta - Hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) nampaknya kian memanas belakangan ini.
Mei 2023 lalu, Kremlin menggambarkan hubungan antara AS dan Rusia berada dalam "keadaan menyedihkan" dan pada tingkat terendah. Hal ini disampaikan oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, yang juga menyebut bahwa sebenarnya Rusia tidak pernah menolak dialog dengan AS.Â
Baca Juga
Kondisi tersebut dipicu ketika Washington menuduh Moskow menjatuhkan salah satu drone pengintainya di Laut Hitam. Selain itu, invasi Rusia terhadap Ukraina juga memperburuk hubungan bilateral kedua negara.Â
Advertisement
Sejak itu, Rusia tidak melihat adanya perbaikan hubungan antara kedua negara sejauh ini. Bahkan, salah satu diplomat menyebut bahwa siapa pun presidennya, hubungan AS dengan Rusia tidak akan memberikan perubahan signifikan bagi hubungan antara keduanya.
"Siapapun yang memegang kekuasaan di 2024, hubungan AS-Rusia tidak akan berubah signifikan. Kami tidak mengharapkan itu," ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam pernyataan pers di kediamannya di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Ia bahkan semakin menekankan bahwa Rusia berada di posisi yang berseberangan dengan negara adidaya tersebut.
"Seperti yang dikatakan presiden kita, AS memandang Rusia sebagai ancaman nyata. Yang kami maksud adalah semua hal yang dipromosikan AS, kami tidak menyukainya," sambungnya.Â
AS, sebut Lyudmila, selalu mendominasi dunia dengan nilai-nilai yang dipegangnya hingga kemudian memaksakan prinsip tersebut untuk diadopsi secara luas.
"Mengapa hanya ada satu negara yang memberi tahu semua orang apa yang harus dilakukan dan bagaimana menjadi kebijakan agresif Amerika Serikat," katanya.Â
"Jika mereka melakukan apa pun di negaranya sendiri, itu urusan mereka. Tapi mengapa mereka memaksakan hal-hal ini di seluruh dunia seperti LGBT, gender, dan lain-lain?"
Lyudmila dengan tegas mengatakan Rusia menentang hal-hal tersebut.
"Itu sebabnya siapa pun yang duduk di Gedung Putih, hal itu tidak akan berubah karena salah satu prioritas utama politik AS untuk memastikan dominasi global mereka," jelasnya.
Adapun Amerika Serikat akan mengadakan pemilihan umum (pemilu) pada November 2024.
Soal Pemimpin Rusia Selanjutnya
Sebaliknya, ketika ditanya soal pemilu Rusia yang dijadwalkan pada Maret 2024, Lyudmila turut menegaskan bahwa siapapun yang terpilih, Rusia akan tetap sama.
"Saya tidak tahu siapa (yang akan menggantikan Vladimir Putin). Tapi yang pasti Rusia akan baik-baik saja. Dengannya, atau tanpanya," kata duta besar yang akan berpindah tugas dari Jakarta pada Oktober 2023 itu.
Meski mengakui bahwa peran seorang pemimpin tentu penting bagi suatu negara, namun Lyudmila menyebut bahwa kekuatan sebenarnya ada pada rakyatnya.Â
"Saya yakin rakyat Rusia mampu mengatasi segala kesulitan dan tetap bersatu serta bekerja demi kepentingan dan kemakmuran negara," ungkapnya.
Menurut Lyudmila, wilayah yang luas hingga sumber daya alam yang sangat kaya, membuat Rusia tidak perlu khawatir soal siapa pemimpin mereka.
"Kita perlu berusaha menjamin kedaulatan kita seperti negara lain, benar-benar mandiri, dan mampu melindungi kepentingan rakyat," imbuhnya.
Advertisement