Liputan6.com, Roma - Matteo Messina Denaro (61), yang dijuluki "the last godfather"Â dari mafia Sisilia Cosa Nostra meninggal akibat kanker usus besar. Kantor berita Italia, Ansa, mengumumkan kematiannya pada Minggu (24/9/2023) malam.
Wali Kota L’Aquila Pierluigi Biondi mengonfirmasi kematian Denaro di rumah sakit setelah penyakitnya semakin memburuk.
Baca Juga
Kematian Denaro, sebut Biondi, mengakhiri kisah penuh kekerasan dan pertumpahan darah. Dia berterima kasih kepada staf penjara dan rumah sakit atas profesionalisme dan rasa kemanusiaan mereka.
Advertisement
"Itu adalah sebuah epilog dari sebuah kehidupan yang dijalani tanpa penyesalan atau pertobatan, sebuah babak menyakitkan dalam sejarah bangsa kita," tutur Biondi, seperti dilansir The Guardian, Senin (25/9/2023).
Denaro yang bersembunyi sejak tahun 1993 ditangkap di sebuah klinik swasta di Palermo pada 16 Januari 2023, di mana dia secara berkala menerima pengobatan untuk tumor yang dideritanya. Nama palsu yang digunakannya saat itu adalah Andrea Bonafede.
Pada Agustus, dia dipindahkan dari penjara dengan keamanan maksimum di L'Aquila ke rumah sakit di Kota San Salvatore lantaran kesehatannya memburuk.
Sejak Jumat (22/9) malam, dia dikabarkan mengalami koma. Ansa melaporkan bahwa selama beberapa hari terakhir, putrinya, yang pertama kali dia temui pada April di penjara, berada di samping tempat tidurnya.
Surat Kabar Corriere della Sera menyebutkan bahwa pemakaman Denaro akan dilakukan di makam keluarga, tepat di samping ayahnya, Don Ciccio.
Pencarian Denaro Rumit
Denaro yang juga dikenal dengan julukan "Diabolik" atau "U Siccu", yang berarti si kurus, lahir di Castelvetrano, Sisilia, pada tahun 1962. Dia mengembangkan bisnis keluarga, membangun kerajaan gelap bernilai miliaran euro di sektor limbah, energi angin, dan ritel.
Pada tahun 2002, Denaro divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup secara in absensia karena secara pribadi membunuh atau memerintahkan pembunuhan terhadap puluhan orang.
Ketika masih buron, Denaro dilaporkan tetap mempertahankan gaya hidup mewahnya yang menurut jaksa disokong sejumlah pihak termasuk politikus dan pengusaha. Dia mengenakan setelan mahal, jam tangan mewah Rolex, dan kacamata hitam Ray-Ban.
Pencarian untuk menemukan Denaro diperumit oleh hampir tidak adanya foto-foto terbaru. Dengan hanya sedikit foto identitas yang diambil pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 90-an, pihak berwenang Italia merekonstruksi penampilannya secara digital, menggunakan teknologi komputer terkini dan informasi yang diberikan oleh para pengkhianat.
Selama bertahun-tahun, puluhan orang telah ditangkap karena kesalahan identitas.
Polisi kemudian mengungkapkan bahwa Denaro menghabiskan sebagian besar tahun 2022 dengan bersembunyi di Campobello di Mazara, sebuah kota berpenduduk sekitar 11.000 jiwa, tidak jauh dari rumah ibunya di Sisilia barat.
Dia berkomunikasi dengan mafia lain melalui "pizzini", potongan kertas kecil yang terkadang ditulis dengan kode yang dibagikan melalui kurir, beberapa di antaranya berhasil dicegat oleh polisi.
Sebelum penangkapan Denaro, unit polisi carabinieri menerima informasi penting, yaitu: pada 16 Januari, sekitar pukul 08.00 pagi, tersangka akan kembali ke klinik untuk menjalani perawatan.
Advertisement
Hanya Menyerah pada Penyakitnya
Seperti bos mafia Sisilia lainnya, Denaro selalu menolak bekerja sama dengan pihak berwenang dan mengungkap kejahatan Cosa Nostra. Menurut informan mafia dan jaksa, dia memegang kunci beberapa pembunuhan paling keji yang dilakukan mafia Sisilia, termasuk serangan bom yang menewaskan hakim legendaris anti-mafia Giovanni Falcone dan Paolo Borsellino.
Penyelidik sekarang khawatir bahwa Denaro telah membawa rahasia-rahasia tersebut ke dalam kuburnya.
"Apa yang dia katakan telah menjadi kenyataan – dia hanya menyerah pada penyakitnya. Jika dia tidak mengidap kanker maka akan sulit baginya untuk ditangkap," kata saudara laki-laki Paolo Borsellino, Salvatore.
Merespons kematian Denaro, Wali Kota Castelveltrano Enzo Alfano mengatakan, "Seseorang yang telah melakukan begitu banyak kerusakan pada tanah airnya telah meninggal. Butuh beberapa dekade lagi sebelum kita secara budaya mengakhiri mentalitas, budaya – yang terkadang merajalela – ilegalitas, impunitas, yang sudah terlalu lama dia, para pembantunya, dan orang lain kembangkan."