Liputan6.com, Gaza - Dua ratus pasien telah dievakuasi dari Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara pada Senin (20/11/2023) dengan bantuan Palang Merah. Hal tersebut diungkapkan otoritas kesehatan Gaza.
Juru bicara otoritas Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan kepada AFP bahwa 200 pasien tersebut dievakuasi dari Rumah Sakit Indonesia dengan bus ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza selatan.
Baca Juga
"Tentara Israel mengepung Rumah Sakit Indonesia," ungkap Al-Qudra, seperti dilansir The Guardian, Selasa (21/11).
Advertisement
Otoritas Kesehatan Gaza mengungkapkan pula pihaknya yakin 12 orang tewas dalam serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Mereka juga khawatir pengepungan serta penggeledahan seperti di Rumah Sakit Al-Shifa akan terjadi.
"Kami khawatir hal yang sama akan terjadi di sana seperti yang terjadi di Al-Shifa," kata Al-Qudra, seraya menambahkan bahwa masih ada 400 pasien di Rumah Sakit Indonesia di Gaza dan pihaknya bekerja sama dengan Komite Internasional untuk Palang Merah (ICRC) dalam melakukan evakuasi.
Pasukan Israel mengepung Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang penuh sesak itu pada Senin di tengah kabar bahwa kesepakatan gencatan senjata untuk pembebasan sandera kian dekat.
28 Bayi Prematur Berhasil Dibawa ke Mesir
Sementara itu, 28 bayi prematur yang dievakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza berhasil diseberangkan ke Mesir untuk menerima perawatan.
"Bayi-bayi itu datang kepada saya dari Rumah Sakit Al-Shifa. Mereka berada dalam kondisi bak bencana ketika sampai di sini," kata kepala unit neonatal di Rumah Sakit Bersalin Al-Helal Al-Emirati Mohammad Salama seperti dilansir Al Jazeera.
Rumah Sakit Al-Helal Al-Emirati berada di Rafah, Gaza selatan.
Staf medis di perbatasan Rafah di sisi Mesir pada Senin dengan hati-hati mengambil bayi dari dalam ambulans dan menempatkan mereka di inkubator bergerak, yang kemudian didorong melintasi tempat parkir menuju ambulans lainnya.
Bayi-bayi tersebut, dari total 31 bayi yang dipindahkan pada Minggu (19/11) dari Rumah Sakit Al-Shifa, hanya mengenakan popok dan topi hijau kecil.
"Hari ini, 28 dari 31 bayi prematur yang dievakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa kemarin, telah dipindahkan dengan selamat di Al-Arish untuk menerima perawatan medis di #Mesir. Dari sana, 12 bayi diterbangkan ke Kairo. Tiga bayi terus menerima perawatan di Rumah Sakit Emarati di #Gaza selatan. Semua bayi sedang berjuang melawan infeksi serius dan kondisi lainnya, serta memerlukan perawatan medis khusus.
@PalestinaRCS memimpin misi hari ini untuk memindahkan bayi-bayi itu. @WHO bangga mendukung dan bermitra dengan Bulan Sabit Merah Palestina.
Today, 28 of the 31 premature babies, who were evacuated from the Al-Shifa hospital yesterday, were safely transferred in Al-Arish to receive medical treatment in #Egypt. From there, 12 babies were flown to Cairo. Three babies continue to receive treatment at the Emarati… pic.twitter.com/SZjKbRUojJ
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) November 20, 2023
Advertisement
Uni Eropa: Negara Palestina Cara Mutlak Keamanan Israel
Dalam perkembangan terpisah, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pada Senin bahwa pembentukan negara Palestina akan menjadi cara terbaik untuk menjamin keamanan Israel.
Borrell mengadakan pertemuan via video dengan para menteri luar negeri dari 27 negara Uni Eropa setelah melakukan tur ke Timur Tengah untuk membicarakan perang Hamas Vs Israel.
Borrell menuturkan bahwa dia telah menarik kesimpulan politik yang mendasar dari diskusinya di seluruh kawasan.
"Saya pikir jaminan terbaik bagi keamanan Israel adalah pembentukan Negara Palestina," tegas Borrell.
Borrell bersikeras Israel tidak boleh menduduki Gaza setelah perang berakhir dan kendali atas wilayah tersebut harus diserahkan kepada Otoritas Palestina.
"Meskipun ada tantangan besar, kita harus memajukan refleksi kita mengenai stabilisasi Gaza dan Negara Palestina di masa depan," ujarnya.
Dalam jangka pendek, Borrell mengatakan setelah mengunjungi sejumlah negara Arab, ada urgensi atas situasi kemanusiaan yang menyedihkan di Gaza.
"Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan jeda kemanusiaan segera merupakan sebuah langkah maju yang besar, namun kita harus memastikan implementasinya secepatnya," imbuhnya.