Kanada, Australia, dan Selandia Baru Peringatkan Israel Jangan Masuk Rafah

Australia, Kanada dan Selandia Baru memperingatkan Israel agar tidak melakukan serangan darat terhadap Rafah di Gaza selatan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Feb 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2024, 18:00 WIB
Gambar dari Rafah, asap mengepul di atas Khan Yunis Jalur Gaza selatan selama pemboman Israel pada 20 Januari 2024, di tengah pertempuran antara Israel dan militan Palestina Hamas. (AFP)
Gambar dari Rafah, asap mengepul di atas Khan Yunis Jalur Gaza selatan selama pemboman Israel pada 20 Januari 2024, di tengah pertempuran antara Israel dan militan Palestina Hamas. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Australia, Kanada, dan Selandia Baru memperingatkan Israel agar tidak melakukan serangan darat terhadap Rafah di Gaza selatan.

Ketiga negara tersebut juga mengatakan, tidak ada tempat lain bagi warga sipil untuk mengungsi jika Rafah dimasuki jalur darat, dikutip dari laman The Guardian, Jumat (16/2/2024).

Perdana menteri ketiga negara mengatakan dalam pernyataan bersama pada Kamis (15/2) bahwa Israel harus mendengarkan teman-temannya.

Anthony Albanese, Justin Trudeau, dan Christopher Luxon juga mengatakan bahwa gencatan senjata demi kemanusiaan sangat dibutuhkan.

Pernyataan tiga anggota aliansi intelijen dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel agar memikirkan kembali rencana serangan darat di Rafah, tempat sekitar 1,5 juta warga Palestina mengungsi.

Anggota Five Eyes lainnya -- AS dan Inggris -- tidak ikut serta dalam pernyataan tersebut, meskipun mereka telah menyampaikan kekhawatiran besar mengenai kelayakan operasi yang direncanakan.

"Operasi militer ke Rafah akan menjadi bencana besar,” kata Albanese, Trudeau dan Luxon dalam pernyataan itu.

"Dengan situasi kemanusiaan di Gaza yang sudah sangat buruk, dampak operasi militer yang diperluas terhadap warga sipil Palestina akan sangat menghancurkan."

"Kami mendesak pemerintah Israel untuk tidak mengambil jalan ini. Tidak ada tempat lain bagi warga sipil untuk pergi."

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji untuk terus melancarkan serangan terhadap Rafah untuk mencapai tujuannya menghancurkan Hamas dan menyelamatkan sandera.

Namun dia mengatakan, hal ini hanya akan terjadi setelah warga sipil diizinkan meninggalkan “zona pertempuran”.

Netanyahu belum menjelaskan ke mana warga sipil yang terjebak akan diizinkan pergi, dan tindakan pengamanan apa, jika ada, yang akan diterapkan untuk melindungi mereka.

Dalam pernyataan bersama kedua mereka mengenai konflik tersebut, perdana menteri Australia, Kanada dan Selandia Baru mengatakan bahwa melindungi warga sipil adalah persyaratan berdasarkan hukum kemanusiaan internasional. ""Warga sipil Palestina tidak dapat dipaksa mengalahkan Hamas."

Satu Keluarga di Rafah Palestina Tewas Akibat Serangan Udara Israel

Potret Kondisi Pengungsi Palestina di Kota Rafah
Para wanita dan anak-anak mengantre untuk mendapatkan air di Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza pada 9 Februari 2024. (Mohammed ABED/AFP)

Ibrahim Hasouna (30) berjalan dengan susah payah melewati puing-puing rumah yang hancur. Ia menunjukkan di mana ibu dan saudara iparnya biasa tidur.

Bahkan, di antara puing-puing tersebut ia menujukkan lokasi yang biasa dijadikan keponakannya untuk bermain.

Seluruh keluarganya kini meninggal, yang meliputi orang tua, dua saudara laki-lakinya dan istri serta tiga anak.

Rumahnya hancur menjadi puing-puing akibat rentetan serangan udara dari pesawat tempur Israel yang terbang melintasi Rafah sebelum fajar pada Senin (12/2).

Setidaknya 74 warga Palestina tewas dalam pemboman tersebut, yang meratakan sebagian besar bangunan dan tenda yang menampung banyak keluarga.

Di antara para korban tewas terdapat 27 anak-anak dan 22 wanita, menurut Kantor Hak Asasi Manusia Palestina, dikutip dari laman cbc, Rabu (14/2/2024).

 

Serangan 7 Oktober 2023

Perang Israel-Hamas: Hujan pertama di Gaza
Seorang anak laki-laki berdiri di tengah hujan di sebuah sekolah yang dikelola oleh BBadan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Rafah, Jalur Gaza selatan, Selasa (14/11/2023). (SAID KHATIB / AFP)

Serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 menimbulkan banyak korban jiwa. Baik perempuan maupun anak-anak.

Dilaporkan lebih dari 12.300 anak-anak dan remaja Palestina tewas dalam konflik tersebut, kata Kementerian Kesehatan Gaza.

Ibrahim, orang tuanya dan saudara laki-lakinya tiba di Rafah satu bulan lalu. Padahal, pilihan untuk pindah adalah salah satu langkah dari berbagai upaya mereka untuk menghindari konflik di Gaza utara.

Mereka menyewa sebuah rumah kecil satu lantai di sisi timur Rafah.

“Saya dekat dengan mereka,” kata Ibrahim saat mengenang anak-anak, saudara laki-lakinya dan orangtuanya.

Israel Tetap Salahkan Hamas

Warga Palestina Berbondong-bondong Masuki Gaza Selatan
Gambar drone ini menunjukkan ribuan tenda yang digunakan para pengungsi di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Jumat, 29 Desember 2023. (AP Photo)

Di sisi lain, Israel malah menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil di Rafah. Israel mengatakan, pemboman itu dilakukan untuk melindungi pasukannya saat mereka mengeluarkan dua sandera Israel.

Militer Israel belum berkomentar mengapa lokasi tertentu di Rafah menjadi sasaran serangan tersebut.

Namun, para pejabat Israel menyalahkan Hamas karena menyebabkan korban sipil lantaran beroperasi di jantung daerah pemukiman.

Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya