5 Mitos Aurora yang Tersebar di Penjuru Dunia

Terlihat seperti cahaya langit yang menari-nari dalam balutan warna magis, fenomena aurora memicu imajinasi manusia selama berabad-abad.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Mar 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2024, 03:00 WIB
Momen Seru Lula Lahfah Berhasil Abadikan Aurora di Norwegia, Perjuangannya Berat
Sudah beberapa hari di Norwegia, namun kesempata untuk menyaksikan aurora memang tidak datang dengan mudah. Karena faktor cuaca, kemungkinan menyaksikan aurora menjadi tanda tanya. Sehingga Lula Lahfah hanya bisa berusaha untuk menunggu di tengah cuaca dingin. (Liputan6.com/IG/@lulalahfah)

Liputan6.com, Jakarta - Aurora adalah fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya berwarna-warni dan terlihat menari-nari di langit malam. Aurora terjadi akibat adanya interaksi antara medan magnet planet dengan partikel bermuatan yang dipancarkan Matahari.

Terlihat seperti cahaya langit yang menari-nari dalam balutan warna magis, fenomena aurora memicu imajinasi manusia selama berabad-abad. Jauh sebelum sains menjelaskan fenomena alam ini, berbagai budaya menciptakan mitos untuk memaknai aurora.

Dikutip dari laman Earth Sky pada Jumat (15/03/2024), berikut mitos aurora yang berkembang di masyarakat.

1. Roh para leluhur menari di langit

Mitos mengenai keberadaan aurora muncul di suku pedalaman Alaska dan Australia. Suku Inuit di Alaska memandang aurora sebagai manifestasi roh para leluhur mereka.

Cahaya yang berpendar dianggap sebagai jiwa binatang buruan mereka seperti anjing laut, salmon, rusa, dan ikan paus. Bagi mereka, aurora adalah jembatan antara dunia nyata dan dunia spiritual, tempat para arwah bersemayam.

Mitos serupa dijumpai pada suku Aborigin Australia. Mereka percaya cahaya aurora adalah kumpulan roh anggota komunitas yang telah meninggal.

Kepercayaan ini menunjukkan pandangan mereka tentang kehidupan setelah kematian yang terhubung dengan alam semesta.

 

Pertanda

2. Cahaya pertanda: dewa, peperangan, dan kelahiran

Tak hanya dikaitkan dengan roh leluhur, aurora juga dimaknai sebagai pertanda oleh berbagai budaya. Suku Sami di wilayah Arktik Utara percaya bahwa cahaya aurora melambangkan jiwa orang mati.

Kepercayaan ini membuat mereka enggan membicarakannya dan melarang untuk melambaikan tangan ke arah aurora, seolah-olah menarik perhatian para arwah. Di sisi lain, masyarakat Romawi kuno mengaitkan aurora dengan dewi fajar, Aurora.

Namun, pada abad pertengahan, kemunculan aurora justru diyakini sebagai pertanda akan terjadinya peperangan atau bahaya kelaparan. Sementara itu, suku Algonquin di Amerika Utara memiliki pandangan yang lebih positif.

Mereka meyakini aurora sebagai percikan api yang dinyalakan oleh Nanabozho, dewa pencipta mereka. Di Siberia, suku Chuvash memiliki mitos unik. Mereka percaya bahwa aurora adalah dewa yang membantu para wanita dalam proses persalinan.

3. Api rubah dan ekor bercahaya

Mitos yang paling unik mungkin berasal dari Finlandia. Di sana, aurora dikenal dengan sebutan "revontulet" yang secara harfiah berarti "api rubah".

Menurut cerita rakyat Finlandia, rubah Arktik berlari begitu cepat di musim dingin yang panjang, sehingga ekor berbulu mereka menciptakan percikan api saat bersentuhan dengan pegunungan, menghasilkan cahaya aurora yang spektakuler.

 

Kehidupan Setelah Kematian

4. Kehidupan setelah kematian

Selain diyakini sebagai dewa, aurora dulu juga dipercaya sebagai pintu menuju kehidupan setelah kematian. Mitos ini dipercaya masyarakat konfederasi suku pribumi Amerika Utara Iroquois.

Sementara itu, bangsa Viking mengira aurora merupakan pantulan dari tameng yang digunakan oleh para Valkyrie. Valkyrie adalah gadis-gadis yang membawa prajurit ke Valhalla atau surga bagi orang Viking.

Lalu, ada juga orang-orang Salteaus dari Kanada Timur, serta Kwakiutl dan Tlingit dan Alaska tenggara yang melihat aurora sebagai jiwa-jiwa, baik manusia maupun hewan, sedang menari di langit. Masyarakat Inuit di Greenland timur melihat cahaya aurora sebagai jiwa anak-anak yang meninggal saat dilahirkan.

Sebaliknya, bangsa Indian Fox meyakini aurora sebagai hantu musuh-musuh mereka yang mencoba bangkit lagi dari kematian, sehingga fenomena ini pun dianggap sebagai pertanda datangnya perang.

5. Ramalan cuaca

Orang-orang zaman dahulu juga menggunakan aurora dalam ramalan cuaca. Masyarakat Penobscot di Maine, misalnya, meyakini bahwa penampakan aurora adalah pertanda datangnya cuaca yang berangin.

Di Skotlandia, aurora yang bergerak cepat menandakan cuaca buruk. Sedangkan aurora yang bergerak lambat menandakan cuaca yang baik.

Walaupun tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan, mitos-mitos mengenai aurora memperlihatkan kekaguman manusia terhadap fenomena alam yang luar biasa. Aurora yang menari-nari di langit malam menjadi panggung cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya