6 Hewan yang Dapat Memprediksi Gempa Bumi

Meskipun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami, para ilmuwan meyakini bahwa hewan memiliki indera yang jauh lebih sensitif daripada manusia. Hal ini memungkinkan mereka untuk merasakan perubahan halus di lingkungan sebelum gempa terjadi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Okt 2024, 09:40 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi gempa bumi. (Pixabay)
Ilustrasi gempa bumi. (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi merupakan bencana alam yang datang secara tiba-tiba dan dapat menimbulkan kerusakan parah. Meskipun teknologi seismologi terus berkembang, prediksi gempa bumi yang akurat masih menjadi tantangan.

Selain mengembangkan teknologi seismologi, para ilmuwan juga mempelajari hewan yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi gempa bumi sebelum terjadi. Kemampuan hewan untuk memprediksi gempa bumi telah lama diamati dan diceritakan dalam berbagai budaya.

Meskipun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami, para ilmuwan meyakini bahwa hewan memiliki indera yang jauh lebih sensitif daripada manusia. Hal ini memungkinkan mereka untuk merasakan perubahan halus di lingkungan sebelum gempa terjadi.

Dikutip dari laman IFL Science pada Selasa (23/04/2024), berikut hewan memprediksi gempa bumi.

1. Kucing

Setelah gempa berkekuatan 9 skala Richter pada 2011 di Jepang, Hiroyuki Yamauchi dari National Tsing Hua University dan rekannya melakukan survei tentang bagaimana kucing bereaksi sebelum gempa. Survei menemukan bahwa enam hari sebelum gempa bumi dahsyat, sejumlah kucing tampak menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti gemetaran, gelisah, dan melarikan diri, serta menjadi lebih mudah stres.

Para peneliti yang terlibat percaya bahwa kucing kemungkinan merasakan gempa sebelumnya karena mereka memiliki jangkauan pendengaran yang lebih luas daripada manusia. Kucing juga dapat mendeteksi perubahan tekanan atmosfer, gravitasi, dan deformasi tanah.

 

Semut

2. Semut

Semut diyakini dapat memprediksi gempa bumi, Hal ini disebabkan, semut mampu merasakan gempa bumi dari magnitude 2.0, ukuran yang tidak bisa manusia rasakan. Sebuah studi yang dilakukan selama tiga tahun tentang semut di Jerman menemukan hal menarik.

Diketahui, sebelum gempa bumi terjadi, semua semut akan meninggalkan gundukan rumah mereka. Hal ini kemungkinan lantaran semut-semut tersebut takut getaran tersebut akan menghancurkan gundukan tanah yang menjadi rumah bagi para semut.

Para peneliti dari Universitas Duisberg-Essen Jerman meyakini bahwa perilaku tersebut ada hubungannya dengan kemampuan semut untuk merasakan perubahan tingkat karbon dioksida dan medan magnet bumi.

3. Ular

Hewan yang diyakini dapat memprediksi gempa bumi selanjutnya adalah ular. Kemunculan ular telah digunakan untuk memprediksi gempa sejak setidaknya 373 SM.

Para ilmuwan mengatakan bahwa ular dapat merasakan gempa pada jarak 120 km, bahkan 5 hari sebelum gempa itu terjadi. Selain itu, ular disebut sebagai makhluk yang paling sensitif terhadap getaran.

Respons yang diberikan ular juga tidak menentu, tapi umumnya mereka akan keluar dari sarang. Jika gempa yang akan terjadi tersebut besar, ular akan melarikan diri dengan menabrakkan tubuhnya ke tembok.

Melansir laman National Geographic pada Selasa (23/04/2024) pada 1975, para pejabat Cina memerintahkan evakuasi di Haicheng, sebuah kota dengan satu juta penduduk, beberapa hari sebelum terjadinya gempa berkekuatan 7,3 skala Richter. Kala itu, sebelum terjadinya gempa, pemerintah sudah mengamati perilaku aneh sejumlah hewan, salah satunya ular.

Akibatnya, hanya sedikit warga yang terluka atau tewas pada peristiwa gempa besar tersebut.

 

Kodok

4. Kodok

Kodok dapat merasakan gempa dengan jarak 74 km dari pusat gempa. Saat merasakan adanya potensi gempa, kodok tidak akan meletakkan bibit mulai dari periode awal hingga gempa susulan terakhir.

Para ahli percaya bahwa kodok ini melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari risiko longsoran batu. Selain itu, para ahli menyakinin, kodok merasakan partikel bermuatan atau perubahan gas beberapa saat sebelum terjadinya gempa.

Menurut catatan, ribuan katak tampak membanjiri jalan 3 hari sebelum terjadinya gempa bumi dengan Magnitude 7,9 yang menewaskan 70 ribu orang di Sichuan, China pada 2008.

5. Gajah

Terdapat beberapa kasus di mana gajah tiba-tiba berperilaku aneh sesaat sebelum terjadinya gempa bumi dan tsunami. Kasus ini pernah terjadi di Sri Lanka, India, dan Sumatera.

Sesaat sebelum terjadi gempa bumi dan tsunami, gajah-gajah menjadi lebih emosional, membangkang pada pawangnya, berlari ke bukit, bahkan menangis. Para ahli percaya bahwa perilaku ini disebabkan lantaran tiga perempat bahasa gajah adalah infrasonik, yaitu suara-suara yang berada di nada rendah yang hampir tidak dapat didengar oleh manusia.

Hal ini memungkinkan gajah mendapatkan peringatan dini, yaitu ketika gelombang primer pertama bergerak melalui bumi dari sumber gempa dan mendahului gelombang permukaan sekunder. Hal ini menyebabkan gerakan osilasi yang bertanggung jawab atas kerusakan, dari jarak beberapa ratus mil.

Terlebih gajah memiliki ketergantungan yang besar pada alam, sehingga gajah sangat sensitif dan dapat bereaksi dengan cepat terhadap perubahan perilaku alam.

 

Oarfish

6. Oarfish

Hewan yang diyakini dapat memprediksi gempa bumi selanjutnya adalah oarfish. Dikutip dari laporan Live Science pada Selasa (23/04/2024), oarfish merupakan ikan besar yang hidup di laut yang dalam, sehingga jarang sekali orang yang bisa melihat ikan ini secara langsung.

Oleh karenanya, kemunculan Oarfish sering kali diyakini sebagai pertanda akan adanya gempa bumi dan tsunami. Bukan tanpa alasan, beberapa saat sebelum gempa besar meluluhlantakkan Jepang pada 2011, sekitar 20 ikan Oarfish ditemukan terdampar di pantai di Jepang.

Kasus terdamparnya ikan Oarfish beberapa saat sebelum terjadinya gempa juga terjadi di Chili dan Taiwan pada 2010, serta California pada 2013. Hingga saat ini, belum ada penjelasan kuat yang mampu menerangkan hubungan antara kemunculan Oarfish dan terjadinya gempa bumi.

Tetapi kemungkinan ini lantaran habitat Oarfish yang berada ratusan meter di bawah permukaan laut, sehingga ikan ini lebih peka terhadap adanya getaran laut dalam. Selain itu, menurut HJ Walker, dari Scripps Institution of Oceanography di California, getaran di laut seharusnya berpengaruh pada banyak Oarfish raksasa, bukan hanya satu atau dua ekor.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya