Zelenskyy: Rusia Manfaatkan Lambannya Pengiriman Bantuan Senjata oleh Barat

Sekjen NATO meyakini ketika senjata-senjata yang dibutuhkan Ukraina tiba maka keadaan akan berbalik.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Apr 2024, 16:09 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2024, 16:09 WIB
Volodymyr Zelenskyy
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Rusia memanfaatkan lambatnya pengiriman senjata Barat untuk melakukan serangan. Amerika Serikat (AS) belum lama ini menyetujui paket bantuan militer senilai USD 61 miliar untuk Ukraina.

Zelenskyy mengatakan beberapa bantuan sudah mulai berdatangan, namun dia menambahkan bantuan tersebut perlu disalurkan lebih cepat.

Pernyataan Zelenskyy muncul setelah pihak berwenang di pelabuhan Odesa di Laut Hitam mengatakan serangan rudal Rusia menewaskan empat orang dan melukai 32 lainnya.

Kepala daerah Odesa Oleh Kiper menuturkan tiga perempuan dan satu laki-laki tewas, dan korban luka termasuk seorang anak berusia empat tahun dan 16 tahun, serta seorang wanita hamil.

"Rumah-rumah warga sipil dan infrastruktur telah rusak," kata dia, seperti dilansir BBC, Selasa (30/4/2024).

Zelenskyy berbicara berdampingan bersama Sekjen NATO Jens Stoltenberg, yang mengatakan "belum terlambat bagi Ukraina untuk menang".

Dalam konferensi pers bersama sekjen NATO, Zelenskyy juga mengatakan, "Tentara Rusia kini mencoba mengambil keuntungan dari situasi ketika kami sedang menunggu pasokan dari mitra kami, terutama dari Amerika Serikat."

"Dan itulah mengapa kecepatan pengiriman berarti menstabilkan bagian depan."

Dia secara khusus menyoroti kebutuhan Ukraina akan peluru artileri dan sistem pertahanan udara.

"Mitra kami memiliki semua hal itu dan mereka seharusnya bekerja sekarang di Ukraina untuk menghancurkan ambisi teroris Rusia. Tentara Rusia sedang mempersiapkan tindakan ofensif lebih lanjut," tutur Zelenskyy.

Pada hari Senin (29/4), Rusia mengatakan pihaknya telah merebut desa kedua dalam dua hari selama serangannya di Ukraina timur, yakni Desa Novobakhmutivka. Sehari sebelumnya, Desa Semenivka jatuh ke tangan Rusia.

Senjata untuk Membalikkan Keadaan

Sekjen NATO Jens Stoltenberg
Sekjen NATO Jens Stoltenberg. (Dok. AFP)

Stoltenberg setuju bahwa Kyiv membutuhkan senjata. Dia mengatakan, "Ukraina telah kalah persenjataan selama berbulan-bulan, terpaksa menjatah amunisinya."

Penundaan bantuan militer AS selama enam bulan, sebut Stoltenberg, telah mengakibatkan "konsekuensi serius di medan perang".

Namun, Stoltenberg menambahkan dia optimistis ketika senjata-senjata tersebut dikirimkan maka hal itu akan membantu membalikkan keadaan.

"Sekutu kami sedang mencari apa lagi yang bisa mereka lakukan dan saya memperkirakan akan ada pengumuman baru segera. Jadi, kami bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mendesak Ukraina," ujar sekjen NATO.

Pada kesempatan yang sama, Stoltenberg menekankan bahwa Ukraina suatu hari akan menjadi anggota NATO. Meski demikian, dia menambahkan bahwa pemberian undangan resmi pada pertemuan puncak aliansi tersebut di Washington pada Juli tidak mungkin dilakukan.

Situasi di Garis Depan Ukraina Memburuk

Perang Rusia dan Ukraina
Salah satu dari dua rudal menghancurkan bagian dari gedung apartemen antara lantai empat dan sembilan, kata Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko. (AFP/Ukrainian Emergency Service)

Panglima Militer Ukraina Oleksandr Syrskyi mengatakan situasi di garis depan telah memburuk dalam menghadapi beberapa serangan Rusia dan pasukan Ukraina telah mundur dari posisi di wilayah timur Donetsk.

Juga pada hari Senin, Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan seorang wanita berusia 98 tahun telah berjalan lebih dari 10 km dengan dua tongkat di bawah tembakan dari Desa Ocheretyne di timur yang sebagian diduduki oleh Rusia ke daerah yang dikuasai Ukraina.

"Saya selamat dari perang (Perang Dunia II), dan saya akan melalui perang ini," kata wanita bernama Lidiya Stepanivna itu via sebuah rekaman dari sebuah pusat bantuan.

Dia mengisahkan dirinya terjatuh beberapa kali dan harus beristirahat di tanah selama melarikan diri.

Pasukan Ukraina menderita kekurangan amunisi dan sistem pertahanan udara dalam beberapa bulan terakhir. Para pejabat menyalahkan penundaan bantuan militer dari AS dan sekutu Barat lainnya sebagai penyebab hilangnya nyawa dan wilayah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya