Kenapa Luka Sayatan Kertas Terasa Sangat Sakit? Ini Penjelasannya

Luka paper cut terasa sangat sakit yang biasanya terjadi di ujung jari, bagian tubuh yang paling sensitif yang mengirimkan sinyal ke otak.

oleh Santi Rahayu diperbarui 16 Jun 2024, 21:14 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2024, 21:14 WIB
[Bintang] Gunakan Lem untuk Atasi Jarimu yang Tergores Benda Tajam
Saat jari terluka, jangan panik. (Via: youtube.com)

Liputan6.com, Jakarta - Rasa sakit luar biasa yang disebabkan oleh potongan kertas kecil sungguh terasa menyakitkan. Luka ini biasanya terdapat di ujung jari, yang merupakan bagian tubuh paling sensitif.

Mengapa terasa begitu menyakitkan? Jawabannya, ujung jari terdiri dari jaringan yang kompleks untuk alasan tertentu.

Berikut ini penjelasan lebih lenjutnya, mengutip piedmont.org, Minggu (16/6/2024): 

Reseptor Nyeri Berada di Ujung Jari

Ujung jari memiliki jumlah reseptor rasa sakit dan sentuhan terbesar di suatu area tertentu dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Reseptor ini memainkan peran penting dalam mengidentifikasi objek dan menentukan ukuran, bentuk, tekstur, dan suhunya.

Neuron di ujung jari dapat dengan cepat merespons suhu tinggi dan rendah yang ekstrem, tekanan berbahaya pada kulit, dan bahan kimia berbahaya, semuanya dalam upaya menangkal bahaya.

Ujung jari memiliki representasi yang besar di otak, sehingga ketika seseorang mengalami luka potongan kertas, reseptor rasa sakit menjadi terbuka dan aktif, mengirimkan sinyal yang diperkuat ke otak.

Luka Sayatan Kertas Sangat Menyakitkan Karena Beberapa Alasan:

1. Tepian kertas yang bergerigi dan kasar, bukan halus.

2. Sayatan kertas yang dangkal tidak banyak berdarah atau membeku, sehingga saraf bisa terpapar.

3. Penggunaan dan gerakan terus-menerus dari tangan dan jari menyebabkan luka mudah terbuka kembali, membuat penyembuhannya lambat.

4. Kertas sering kali dibuat dengan bahan kimia yang dapat mengiritasi kulit.

Pertolongan Pertama Saat Ada Luka Terbuka, Harus Gimana Sih?

tangan terluka
Luka terbuka (Unsplash/Diana Polekhina)

Saat dihadapkan dengan luka terbuka, tiap orang punya cara masing-masing dalam menanganinya. Ada yang memilih untuk sekadar membasuhnya dengan air mengalir dan dibiarkan terbuka.

Ada pula yang memilih untuk menutup luka dengan plester agar tidak terkena udara. Lantas, bagaimana sih penanganan luka terbuka yang tepat?

Dokter yang turut aktif di media sosial, Gia Pratama Putra mengungkapkan bahwa penanganan luka terbuka yang utama harus melibatkan rasa tenang. Sebab, saat panik, kemungkinan seseorang makin sulit untuk berpikir.

"Nomor satu, kalau menghadapi anak atau keluarga kita luka terbuka, jangan panik. Kalau sudah panik soalnya enggak bisa mikir," ujar Gia dalam konferensi pers The Unstoppable Family with Betadine.

Selanjutnya, Gia menuturkan bahwa ketika hendak membersihkan luka, pastikan tangan ada dalam keadaan bersih. Mengingat luka yang terbuka akan rentan terhadap bakteri atau kuman.

"Kedua, untuk megang itu kita harus bersihkan dulu tangan kita, karena tangan kita ini penuh dengan bakteri. Kalau megang luka, (bisa) menambah jumlah bakteri," kata Gia.

Cek Pendarahan yang Terjadi

Gia mengungkapkan bahwa penanganan luka terbuka pun akan berbeda tergantung aktif atau tidaknya pendarahan yang terjadi.

"Kita lihat ada pendarahan aktif atau enggak. Kalau pendarahan aktif, harus di dab (ditekan lembut), jangan sampai (darahnya) mengalir terus," ujar Gia.

"Kalau memang masih ngalir terus, ya ayo ke rumah sakit. Biasanya langsung dijahit. Jahitannya juga tergantung lukanya. Kalau di rumah enggak aktif pendarahannya, ya boleh dikasih povidone iodine," sambungnya.

Tahapan Berikan Povidone Iodine pada Luka

Luka pada Penderita Diabetes Bisa Disembuhkan Tanpa Harus Amputasi, Begini Caranya
Penyembuhan luka pada penderita diabetes tidak harus melalui amputasi. Bisa dilakukan dengan cara ini (Heartology)

Lebih lanjut Gia mengungkapkan bahwa bila hendak memberikan antiseptik yang mengandung povidone iodine, Anda bisa lebih dulu membasuh lukanya dengan air mengalir.

"Dibersihkan dulu pakai air mengalir, baru pakai povidone iodine. Boleh ditutup (dengan kapas kasa). Tapi ditutup itu enggak perlu 24 jam. Kalau enggak ter-expose (hal lain), boleh dibuka yang penting jangan basah kena air," kata Gia.

Gia menuturkan, fungsi dari menutup luka setelah diberikan antiseptik povidone iodine adalah agar proses regenerasi kulitnya tidak terganggu.

"Jadi tujuan kita menjaga luka itu biar sel-selnya bisa regenerasi yang baru. Tidak terganggu si bakteri," ujar Gia.

Namun, Gia pun setuju bahwa seringnya terjadi cedera di rumah seharusnya tidak menjadi penghalang untuk siapapun tetap aktif. Adapun hal yang bisa disiapkan dan bisa dilakukan saat ada cedera rumah tangga.

"Apa saja tindakan preventif untuk melindungi anak-anak terutama? Yang harus disediakan itu antiseptik, terutama yang berbahan povidone iodine," ujar Gia.

Salah satu keunggulan utamanya berkaitan dengan spektrum. Antiseptik dengan jenis povidone iodine punya spektrum yang luas, sehingga bisa melindungi lebih banyak untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka.

Selain itu, menurut Gia, povidone iodine memiliki efektivitas yang tinggi, serta daya tahan yang lama, dan kompabilitas pada kulit yang baik.

Luka atau Cedera yang Umumnya Terjadi

Mengapa Luka pada Penderita Diabetes Sulit Sembuh? (Wavebreakmedia/Shutterstock)
Mengapa Luka pada Penderita Diabetes Sulit Sembuh? (Wavebreakmedia/Shutterstock)

Dalam kesempatan yang sama, Gia menjelaskan bahwasanya kecelakaan yang menimbulkan cedera bervariasi. Namun, kebanyakan kecelakaan justru terjadi di rumah dan area sekitarnya.

Ada beberapa jenis cedera yang paling sering terjadi di rumah. Cedera itu bervariasi mulai dari memar hingga ankle sprain (terkilir atau keseleo).

"Cuma 31 persen di jalan raya. Pasien yang sering saya temui di rumah sakit itu pasien-pasien yang kecelakaan rumah tangga," ujar Gia.

"Pasien-pasien yang sering saya terima di rumah sakit, anaknya memar. Kena luka bakar, luka robek. Kalau darahnya aktif, ya, terpaksa harus saya jahit. Ankle sprain, bengkak. Jadi kaku, enggak bisa jalan."  

infografis journal
infografis journal 5 Jenis Penyakit Hepatitis. (Liputan6.com/Tri Yasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya