Gordana Siljanovska Davkova Jadi Presiden Perempuan Pertama Makedonia Utara

Kemenangan Siljanovska Davkova menjadikannya perempuan pertama yang memegang jabatan presiden yang sebagian besar bersifat seremonial sejak negara tersebut memperoleh kemerdekaan dari bekas Yugoslavia pada tahun 1990-an.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Mei 2024, 11:08 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2024, 11:08 WIB
Gordana Siljanovska Davkova
Gordana Siljanovska Davkova menang Pilpres Makedonia Utara 2024, menjadikannya presiden perempuan pertama negara itu. (Dok. AP Photo/Boris Grdanoski)

Liputan6.com, Skopje - Makedonia Utara memiliki presiden perempuan pertamanya pada hari Rabu (8/5/2024), setelah Partai Sosial Demokrat yang berkuasa menderita kekalahan bersejarah dalam pemilu presiden dan parlemen.

Gordana Siljanovska Davkova yang didukung kelompok konservatif, seorang profesor hukum berusia 70 tahun, dinyatakan sebagai pemenang setelah menerima hampir 65 persen dukungan dengan lebih dari dua per tiga suara dihitung dalam pemilihan presiden. Petahana Stevo Pendarovski menyerah setelah mengumpulkan lebih dari 29 persen suara.

"Apakah ada perubahan yang lebih besar dibandingkan memilih perempuan sebagai presiden?" ujar Siljanovska Davkova kepada pendukung partai, seperti dilansir kantor berita AP, Jumat (10/5). "Saya akan mendukung perempuan dalam mengambil langkah maju yang besar ini, sebuah langkah menuju reformasi."

Siljanovska Davkova didukung oleh partai konservatif VMRO-DPMNE, yang memperoleh keuntungan besar di tengah ketidakpuasan masyarakat atas lambatnya perjalanan negara tersebut menuju keanggotaan Uni Eropa dan lesunya perekonomiannya.

Koalisi yang dipimpin oleh VMRO-DPMNE unggul dengan perolehan hampir 43 persen dalam pemilu parlemen, sementara koalisi pimpinan Sosial Demokrat yang telah memegang kekuasaan selama setidaknya tujuh tahun berjuang untuk mempertahankan posisi kedua dengan 14,8 persen suara – tepat di atas sekelompok partai yang dipimpin oleh partai minoritas etnis Albania, DUI.

Perayaan di ibu kota Skopje diredam oleh badai petir yang menyebabkan pemadaman listrik. Kemenangan telak dari kelompok konservatif akan diikuti dengan perundingan pembagian kekuasaan untuk mengontrol parlemen yang memiliki 120 kursi. Namun, pemimpin Sosial Demokrat Dimitar Kovachevski, yang menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 2022 hingga awal tahun ini, mengakui kekalahan partainya pada Rabu malam dalam pemilu parlemen dan mengumumkan bahwa dia akan mundur setelah pemimpin baru dipilih oleh partai tersebut.

 

Basmi Korupsi Jadi Prioritas

Para pendukung merayakan kemenangan VMRO-DPMNE dalam Pemilu Makedonia di Skopje pada Rabu (8/5/2024).
Para pendukung merayakan kemenangan VMRO-DPMNE dalam Pemilu Makedonia di Skopje pada Rabu (8/5/2024). (Dok. AP Photo/Boris Grdanoski)

Kampanye selama sebulan ini berfokus pada lambatnya kemajuan Makedonia Utara dalam bergabung dengan Uni Eropa.

Pemimpin VMRO-DPMNE Hristijan Mickoski (46), yang memimpin koalisi 22 partai yang disebut "Your Macedonia" menuduh lawannya tidak kompeten dan membuat kompromi yang memalukan dalam upaya menyelesaikan perselisihan dengan negara tetangga Makedonia Utara. Mickoski mengatakan kepada para pendukungnya bahwa pemerintahan konservatif yang akan datang akan menjadikan pemberantasan korupsi sebagai prioritasnya.

"Setiap orang yang melakukan kejahatan dan korupsi akan dimintai pertanggungjawaban," tegasnya.

"Rakyat telah memberikan pelajaran paling penting kepada pemerintah dan menyelamatkan negara mereka ... Kami telah mendapatkan kembali harapan dan malam ini kami memiliki alasan untuk merayakannya."

Harapan Warga

Para pendukung merayakan kemenangan VMRO-DPMNE dalam Pemilu Makedonia di Skopje pada Rabu (8/5/2024).
Para pendukung merayakan kemenangan VMRO-DPMNE dalam Pemilu Makedonia di Skopje pada Rabu (8/5/2024). (Dok. AP Photo/Boris Grdanoski)

Makedonia Utara yang merupakan anggota NATO telah menjadi kandidat untuk bergabung dengan Uni Eropa sejak tahun 2005, namun terhalang oleh perselisihan berturut-turut dengan negara tetangganya, Yunani dan Bulgaria, serta lambatnya kemajuan dalam beberapa reformasi yang diperlukan agar proses keanggotaan dapat maju.

Warga Skopje, Gordana Gerasimovski, mengatakan dia kecewa karena negaranya telah menunggu begitu lama untuk bergabung dengan Uni Eropa, namun kini dia berharap ada kemajuan nyata.

"Kita seharusnya sudah menjadi bagian dari Uni Eropa sejak lama," ujarnya. "Inilah kekurangan kami, tapi kami berharap seiring berjalannya waktu kami akan mencapai apa yang kami inginkan selama ini."

Albania, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro dan Serbia juga mengincar keanggotaan Uni Eropa.

Lebih dari 2.300 pemantau domestik dan internasional diberi wewenang untuk memantau pemilu Makedonia Utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya