1.300 Rakun yang Menginvasi Jepang Ditangkap, Picu Lingkungan Rusak dan Pertanian Rugi Hingga Rp48 M

Jepang masih berjuang menghadapi populasi rakun invasif hampir 40 tahun setelah mengimpor hewan tersebut ke negara tersebut.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 01 Jun 2024, 14:09 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2024, 14:09 WIB
ilustrasi rakun
foto: Pixabay

Liputan6.com, Tokyo - Infestasi rakun di Jepang dilaporkan semakin memburuk selama dekade terakhir, menurut beberapa sumber berita Jepang.

Melansir dari New York Post, Sabtu (1/6/2024), hampir 1.300 rakun ditangkap selama tahun fiskal 2022, ungkap pemerintah Tokyo.

Jumlah tersebut lima kali lebih banyak dari jumlah rakun yang ditangkap 10 tahu lalu, lapor Kyodo News, sebuah kantor berita Jepang.

Pada tahun 2013, pemerintah Jepang menegaskan kembali perlunya memerangi rakun sebagai spesies yang invasif.

Rakun bukanlah hewan asli Jepang, tetapi hewan tersebut dibawa ke negara Sakura itu pada tahun 1970-an setelah popularitas anime "Rascal the Raccoon" pada tahun 1977.

Anime tersebut didasarkan pada novel autobiografi "Rascal, A Memoir of a Better Era" oleh Sterling North. Dalam buku tersebut, North menceritakan pengalamannya membesarkan bayi rakun bernama Rascal.

Sebagai respons terhadap anime tersebut, orang-orang di Jepang mulai mengimpor rakun untuk dijadikan hewan peliharaan.

Pada puncaknya, lebih dari 1.500 rakun diimpor ke Jepang setiap tahun, kata Smithsonian Magazine.

Namun, meskipun pemerintah Jepang bergerak cepat melarang impor rakun dan praktik memelihara mereka sebagai hewan peliharaan, tindakan ini sudah terlambat.

Rakun bukanlah hewan yang mudah dipelihara, tulis Jaime Arslan, pemilik dua rakun yang diselamatkan, di halaman Instagram-nya untuk rakun-rakunnya yang bernama Louie dan Lucy.

Rakun, katanya, "bisa sangat membuat kerusakan di rumah" dan perlu dihibur terus menerus. Tak hanya itu, rakun bisa dan akan menggigit, baik sebagai bentuk agresi atau sebagai cara bermain.

Kerugian yang Terjadi

Jepang Kembali Dibuka Untuk Pariwisata, Minat Kunjungan Tetap Tinggi Meski Aturan Tetap Ketat
Ilustrasi Jepang. (Sumber foto: Pexels.com)

Sebagian besar dokter hewan di Jepang juga tidak bersedia melayani rakun karena perawatannya yang sangat mahal.

Banyak keluarga di Jepang belajar dari pengalaman sulit ini dan pada akhirnya memutuskan untuk melepaskan rakun peliharaan mereka ke alam liar setelah mereka tidak bisa diatur di rumah.

Karena tidak ada pemangsa alami bagi rakun di Jepang, mereka dengan cepat dapat berkembang biak dan sekarang ditemukan di setiap dari 47 prefektur di negara itu, menurut Kyodo News.

Selain kerusakan terhadap lingkungan, invasi rakun juga telah menghancurkan industri pertanian negara tersebut, ungkap Kyodo News.

Pada tahun 2022, rakun disalahkan karena menyebabkan kerusakan hampir $3 juta atau setara dengan Rp48 miliar pada tanaman, tambah kantor berita tersebut.

Upaya Jepang Serta Invasi Rakun di Negara Lain

Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)
Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)

Mengatasi rakun terbukti sangat sulit karena kecerdasan mereka, lapor Kyodo News.

Hingga saat ini, upaya lokal untuk menjebak rakun atau sigap menghubungi pejabat ketika melihat kerusakan yang disebabkan oleh rakun telah terbukti tidak efektif.

"Perangkap kami kadang-kadang rusak karena rakun sangat berusaha untuk hidup. Hanya sedikit saja yang benar-benar tertangkap, kami jadi tidak dapat memahami jangkauan mreka secara keseluruhan," kata seorang pejabat dari kotamadya di Tokyo barat kepada Kyodo News.

Jepang bukan satu-satunya negara yang menghadapi masalah invasi rakun.

Di Jerman, rakun diimpor pada tahun 1930-an untuk diambil bulunya. Hewan-hewan tersebut dilepaskan ke alam liar, di mana mereka dapat menambah populasi layaknya di Jepang.

Pada tahun 2023, terdapat beberapa laporan tentang rakun yang masuk ke rumah-rumah di Jerman. Mereka membuat kekacauan, mencuri bir, menurut majalah Food & Wine.

Lalu pada tahun 2019, seekor rakun mengunjungi pasar Natal di Erfurt, Jerman, dalam keadaan mabuk.

Rakun tersebut, yang dilaporkan minum sisa dari anggur panas, ditembak mati oleh seorang pemburu, kata media Jerman.

Fakta Rakun

Ilustrasi Rakun
ilustrasi rakun (Pexels/David Ohboy)

Biasa dikenali dengan warna serupa topeng hitam yang melintasi matanya, rakun atau procyonlotor adalah mamalia umum ditemukan di seluruh Forest Preserves of Cook County. 

Meskipun beberapa orang mungkin menganggap makhluk nokturnal ini sebagai gangguan, mereka ternyata memiliki fungsi penting dalam ekosistem yang sehat dan berkembang.

Berikut beberapa fakta mengenai hewan rakun, seperti dirangkum dari fpdcc.com, Selasa (22/5/2024);

  • Rakun merupakan hewan omnivora, mereka bisa memakan tumbuhan maupun hewan lain. Beberapa makanan favorit mereka seperti buah apel, beri, serta katak, tikus, dan juga serangga.
  • Bayi rakun biasanya lahir pada awal musim panas dan tinggal di sarang mereka sampai sekitar 12 minggu sebelum mulai menjelajahi dunia sendiri.
  • Rakun akan membuat sarang mereka di dalam pohon yang kosong dan juga di tanah.
  • Baik kaki depan maupun kaki belakang rakun menyerupai tangan manusia, dengan lima jari ramping yang memungkinkan mereka dengan mudah memanipulasi makanan dan benda-benda.
  • Rakun memiliki kaki depan yang sangat sensitif terhadap bulu khusus, sehingga mereka akan mudah menemukan serta mengidentifikasi benda dengan menyentuhnya. Sensitivitas ini meningkat ketika kaki mereka basah.
Infografis Vaksinasi PMK Hewan Ternak Digencarkan Jelang Idul Adha. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Vaksinasi PMK Hewan Ternak Digencarkan Jelang Idul Adha. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya