Gelombang Panas Membunuh 56 Orang di India pada Maret-Mei 2024

Surat kabar The Hindu melaporkan bila memperhitungkan kasus-kasus yang dicurigai, jumlah total kematian di India akibat gelombang panas bisa jauh lebih tinggi, setidaknya mencapai 80 orang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Jun 2024, 07:01 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2024, 07:01 WIB
Ilustrasi gelombang panas.
Ilustrasi gelombang panas. (Dok. Unsplash/Xurzon)

Liputan6.com, New Delhi - India mengalami hampir 25.000 kasus dugaan serangan panas atau heat stroke, di mana 56 orang kehilangan nyawa setelah gelombang panas menyerang seluruh negeri dari bulan Maret hingga Mei. Demikian laporan media lokal mengutip data pemerintah.

Setidaknya 33 orang, termasuk petugas pemilu meninggal karena dugaan heat stroke di Negara Bagian Uttar Pradesh, Bihar, dan Odisha pada hari Jumat (31/5/2024).

Situs berita The Print melaporkan bahwa data Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) menunjukkan Mei mencatat situasi terburuk, dengan 46 kematian terkait panas ekstrem dan 19.189 kasus dugaan heat stroke. Demikian seperti dilansir CNA, Selasa (4/6).

Lebih dari 5.000 kasus sengatan panas terdeteksi di Negara Bagian Madhya Pradesh saja.

Kantor layanan cuaca memperkirakan kondisi gelombang panas tidak akan terlalu parah hingga hari Rabu (5/6). Datangnya musim hujan lebih awal di Negara Bagian Kerala pada pekan lalu diperkirakan akan lebih banyak membantu.

Fenomena Perubahan Iklim

Topan Remal Terjang Bangladesh-India
21 orang dinyatakan meninggal dunia dan menghancurkan ribuan rumah warga. (Munir Uz Zaman/AFP)

Pada Mei pula, suhu di ibu kota India dan Negara Bagian Rajasthan di dekatnya mencapai 50 derajat Celsius.

Sebaliknya, sebagian wilayah India timur terguncang akibat dampak Topan Remal. Hujan lebat di Negara Bagian Assam menewaskan 14 orang sejak Selasa (28/5).

Di Sri Lanka, Pusat Manajemen Bencana (DMC) negara itu pada Minggu (2/6) menyatakan bahwa sedikitnya 15 orang tewas akibat banjir dan tanah longsor setelah hujan lebat mengguyur.

Berbagai faktor telah menyebabkan musim panas yang sangat panas di Asia Selatan, sebuah tren yang menurut para ilmuwan diperburuk oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya