Liputan6.com, Tel Aviv - Kementerian Pertahanan Israel pada hari Selasa (4/6/2024) secara resmi menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) untuk pengadaan skuadron ketiga jet tempur F-35. Delegasi Israel dilaporkan bertolak ke AS untuk menandatangani perjanjian senilai USD 3 miliar atau setara Rp48,9 triliun (nilair tukar Rp16.315) yang mencakup 25 pesawat tempur siluman canggih pabrikan Lockheed Martin.
Pesawat-pesawat tersebut, ungkap Kementerian Pertahanan Israel, akan dikirim mulai tahun 2028, dalam jumlah tiga hingga lima kali per tahun.
Baca Juga
Jet-jet tempur itu akan menambah armada F-35 Angkatan Udara Israel menjadi 75 pada tahun-tahun mendatang. Saat ini hanya 39 dari 50 pesanan awal Israel yang telah dikirimkan.
Advertisement
Kesepakatan ini dibiayai oleh bantuan militer AS kepada Israel. Demikian seperti dilansir The Times of Israel (Kamis (6/6).
Penandatanganan dilakukan menyusul perselisihan antara Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Menteri Keuangan Israel Betzalel Smotrich mengenai pengadaan tersebut. Smotrich memveto penandatanganan tersebut sampai komite Knesset yang bertugas memeriksa anggaran pertahanan dibentuk.
Gallant, dalam pernyataan setelah penandatanganan tersebut, menuturkan bahwa tambahan 25 jet tempur tersebut merupakan sebuah ilustrasi lain dari kekuatan aliansi strategis antara AS dan Israel dan dampaknya yang luas di arena dekat dan jauh.
Game Changer
Israel adalah negara kedua setelah AS yang menerima F-35 dari Lockheed Martin dan salah satu dari sedikit negara yang diizinkan memodifikasi pesawat canggih tersebut.
Kementerian Pertahanan Israel menyebutkan bahwa sebagai bagian dari perjanjian antara Israel dan AS, Lockheed Martin dan produsen mesin, Pratt & Whitney, telah berkomitmen untuk melibatkan industri pertahanan Israel dalam produksi komponen pesawat yang dijual.
Dua jet F-35 pertama Angkatan Udara Israel tiba pada bulan Desember 2016. Sekitar setahun kemudian, pesawat tempur siluman – yang dikenal di Israel sebagai Adir – dinyatakan beroperasi, dan beberapa bulan setelah itu, panglima angkatan udara mengungkapkan bahwa pesawat tersebut telah melakukan serangan bom, menjadikan Israel negara pertama yang mengakui penggunaan pesawat tersebut secara operasional.
F-35 generasi kelima telah dipuji sebagai "game-changer", tidak hanya karena kemampuan ofensif dan silumannya, tetapi juga karena kemampuannya untuk menghubungkan sistemnya dengan pesawat lain dan membentuk jaringan berbagi informasi
Advertisement