Jepang Berhasil Kembangkan Satelit Kayu Pertama di Dunia

Satelit berbentuk kubus kecil tersebut diserahkan kepada Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) pada 4 Juni 2024.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Jun 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2024, 03:00 WIB
Satelit Antariksa Kayu
Kayu dari pohon magnolia dapat menjadi bahan konstruksi ideal untuk satelit yang akan diluncurkan ke luar angkasa. (Sumber: TechSpot)

Liputan6.com, Jakarta - Para ahli antariksa dan teknologi Jepang berhasil membuat satelit kayu pertama di dunia. Melansir laman Live Science pada Rabu (12/06/2024), satelit kayu bernama LignoSat ini merupakan hasil pengembangan tim dari Kyoto University dan Sumitomo Forestry Co, perusahaan produk kayu yang berbasis di Tokyo selama empat tahun.

Satelit berbentuk kubus kecil tersebut diserahkan kepada Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) pada 4 Juni 2024. Rencananya, satelit ini akan dikirim ke luar angkasa dengan menggunakan roket SpaceX.

Roket yang membawa satelit kayu ini akan diluncurkan dari Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat (AS) pada September 2024 mendatang. LignoSat adalah kubus berukuran 10 cm yang terbuat dari panel kayu magnolia setebal 4 hingga 5,5 milimeter.

Kayu tersebut dibingkai dengan bahan aluminium. Satelit ini memiliki panel surya yang ditempel di beberapa sisi dan beratnya sekitar 1 kg.

LignoSat juga dirancang berdasarkan teknik tradisional Jepang, yang tidak menggunakan sekrup atau bahan perekat apa pun. Satelit ini dibuat dengan tujuan untuk memanfaatkan keramahan lingkungan dan murahnya biaya kayu dalam pengembangan ruang angkasa.

Satelit kayu dipandang lebih baik bagi lingkungan. Sebab, akan terbakar habis saat memasuki kembali atmosfer Bumi setelah menyelesaikan misinya.

Bangkai satelit kayu hanya akan menghasilkan semburan halus abu. Sementara, satelit konvensional yang terbuat dari logam, dapat menghasilkan partikel alumina yang dapat berdampak buruk pada cuaca dan komunikasi.

Bahaya Sisa Satelit Konvensional

Aluminium dari satelit yang masuk kembali ke bumi dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon. Jaringan Pengawasan Luar Angkasa Amerika Serikat melacak lebih dari 23.000 keping sampah terdapat di luar angkasa.

Dari jumlah tersebut, sekitar 3.000 adalah satelit mati yang dibiarkan membusuk di orbit. Meskipun terkesan kecil dan jauh, sampah luar angkasa dapat menimbulkan bahaya besar bagi manusia dan aktivitas di luar angkasa. B

Berikut beberapa bahaya satelit konvensional yang menjadi sampah luar angkasa.

1. Ancaman bagi Satelit dan Astronaut

Sampah luar angkasa yang bergerak dengan kecepatan tinggi dapat menabrak satelit dan pesawat ruang angkasa. Hal ini menyebabkan kerusakan parah atau bahkan kehancuran.

Tabrakan dengan objek kecil seukuran baut pun dapat berakibat fatal bagi astronaut yang sedang melakukan perjalanan luar angkasa. Contohnya pada 10 Februari 2009, sebuah pesawat luar angkasa Rusia yang mati menabrak pesawat luar angkasa komersial Iridium AS yang berfungsi.

Tabrak ini menghancurkan keduanya dan menambah lebih dari 2.300 keping sampah luar angkasa yang dapat dilacak ke orbit. Adapun pada Juni 2021, sepotong sampah luar angkasa berukuran kecil tak dikenal menabrak lengan robot Stasiun Luar Angkasa Internasional dan merusaknya.

2. Gangguan pada Komunikasi dan Navigasi

Sampah luar angkasa dapat mengganggu sinyal satelit yang digunakan untuk komunikasi, navigasi, dan sistem lainnya. Hal ini dapat berakibat pada gangguan layanan GPS, telekomunikasi, dan bahkan kontrol lalu lintas udara.

3. Risiko Jatuh ke Bumi

Meskipun sebagian besar sampah luar angkasa akan terbakar di atmosfer Bumi, beberapa objek yang lebih besar dapat jatuh ke permukaan bumi. Hal ini berpotensi menimbulkan kerusakan pada properti dan bahkan membahayakan jiwa manusia.

Seperti yang terjadi pada Agustus 2022, bongkahan pesawat ruang angkasa SpaceX Crew Dragon yang hangus dan jatuh ke atmosfer. Sampah luang angkasa ini mendarat di peternakan domba di Australia seperti paku yang menancap di tanah.

4. Pencemaran Lingkungan

Sampah luar angkasa yang terbuat dari bahan beracun dapat mencemari lingkungan saat jatuh ke Bumi. Hal ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya