Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Joe Biden, Selasa (2/7/2024), memperingatkan ancaman yang ditimbulkan cuaca ekstrem di Pusat Operasi Penanggulangan Bencana Distrik of Columbia (D.C).
"Musim panas baru saja dimulai. Puluhan juta orang AS sudah mendapat peringatan panas akibat suhu yang memecahkan rekor," katanya.
Baca Juga
Pada akhir Juni, negara bagian-negara bagian di wilayah Selatan Amerika Serikat mencatat suhu mendekati atau melampaui 38 derajat Celsius. Indeks panas mencapai 43 hingga 46 derajat Celsius.
Advertisement
"Mengabaikan perubahan iklim adalah hal yang mematikan, berbahaya, dan tidak bertanggung jawab," kata Biden. "Peristiwa cuaca ekstrem yang dipicu iklim ini tidak hanya berdampak pada kehidupan masyarakat, tetapi juga memerlukan biaya, merugikan perekonomian, dan secara signifikan berdampak negatif terhadap kondisi psikologis masyarakat."
Menurut Biden, AS menderita kerugian sebesar US$ 90 miliar akibat peristiwa cuaca tahun lalu.
Wali Kota DC, Muriel Bowser, mengatakan dia telah mengumumkan 34 keadaan darurat panas sejak pembukaan pusat penanggulangan bencana di kota itu pada tahun lalu.
Biden merujuk pada kebijakan pemerintahannya yang menargetkan perubahan iklim, termasuk Inisiatif Justice40, yang mengarahkan dukungan lingkungan kepada masyarakat yang kurang mampu; laporan baru dari Badan Perlindungan Lingkungan yang akan mengkaji dampak lanjutan akibat perubahan iklim dan kesehatan; dan undang-undang infrastruktur bipartisan yang bertujuan menurunkan biaya energi.
Kritik Joe Biden untuk Trump
Biden juga mengkritik mantan Presiden Donald Trump, pesaingnya dalam pemilu 2024, dan politisi Partai Republik lainnya yang mendukung Trump dalam isu iklim.
“Mereka masih menyangkal adanya peristiwa perubahan iklim… mereka pasti hidup dalam lubang di suatu tempat,” katanya.
Pernyataan Biden itu muncul menyusul rangkaian peristiwa cuaca yang terjadi selain gelombang panas di AS.
Beryl, badai Kategori 5, memecahkan rekor intensitasnya pada awal musim ini. Badai itu baru-baru ini menghantam pulau Carriacou di Grenada dengan kecepatan angin mencapai 240 km per jam.
Sementara Karibia menghadapi badai dahsyat, negara-negara lain mengalami cuaca ekstrem.
Yunani sedang mengatasi kebakaran hutan di pulau Chios dan Kos.
Advertisement