Tiongkok dan Rusia Mulai Latihan Militer di Laut China Selatan, Senjata Artileri Dikerahkan

Angkatan Laut Rusia dan Angkatan Laut Tiongkok melakukan penembakan artileri sebagai bagian dari latihan bersama tersebut.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 17 Jul 2024, 15:10 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 15:10 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping saat keduanya bertemu di Beijing pada Kamis (17/5/2024). (Dok. Sergei Guneyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Beijing - Tiongkok dan Rusia telah memulai latihan militer di Laut China Selatan. Kedua negara memperkuat hubungan militer dan perdagangan dalam beberapa tahun terakhir menyusul sanksi Amerika Serikat terhadap keduanya.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (17/7/2024) upacara pembukaan latihan angkatan laut Rusia-China dengan tajuk "Maritime Cooperation - 2024" berlangsung di pelabuhan Zhanjiang, Tiongkok, kata kementerian pertahanan Rusia di aplikasi Telegram.

Selama manuver laut mereka, awak kapal Armada Pasifik Rusia dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) akan melakukan latihan pertahanan udara bersama dan latihan antikapal selam dengan melibatkan penerbangan antikapal selam angkatan laut PLA, kata kementerian pertahanan Rusia.

Kedua negara akan mengerahkan setidaknya tiga kapal masing-masing untuk latihan tiga hari tersebut, kata surat kabar Global Times yang dikendalikan pemerintah Tiongkok, mengutip Angkatan Laut PLA.

Kantor berita negara Rusia RIA melaporkan pada Selasa (16/7), mengutip Armada Pasifik Rusia, bahwa Angkatan Laut Rusia dan Angkatan Laut Tiongkok melakukan penembakan artileri sebagai bagian dari latihan bersama tersebut.

Latihan ini menyusul penyelesaian patroli angkatan laut gabungan terpisah di Pasifik utara, yang menurut Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya melibatkan satu detasemen kapal Armada Pasifik Rusia, termasuk dua korvet, Rezky dan Gromky.

Wang Guangzheng dari Angkatan Laut PLA mengatakan kepada media CCTV bahwa "patroli gabungan China-Rusia telah mendorong kerja sama yang lebih dalam dan praktis antara keduanya dalam berbagai arah dan bidang".

"Dan secara efektif meningkatkan kemampuan kedua belah pihak untuk bersama-sama menanggapi ancaman keamanan maritim."

Kapal-kapal yang berpartisipasi berangkat dari pelabuhan angkatan laut di Zhanjiang di provinsi Guangdong, China selatan pada Senin (15/7), demikian bunyi laporan Angkatan Laut PLA.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Klaim Tiongkok di Laut China Selatan

AS dan Filipina Latihan Tembak Kapal Musuh di Laut China Selatan
Hampir 18.000 tentara telah mengambil bagian dalam latihan tahunan yang dijuluki Balikatan, atau “bahu bahu” dalam bahasa Filipina. (AFP/JAM STA ROSA)

Tiongkok mengklaim kendali atas hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk Second Thomas Shoal yang disengketakan, tempat Filipina memelihara kapal perang berkarat yang sengaja dikandangkan pada tahun 1999 untuk memperkuat klaim maritimnya.

Meningkatnya ketegangan telah menyebabkan pejabat AS mengingatkan Beijing bahwa kewajiban perjanjian pertahanan bersama mereka dengan Filipina sangat kuat.

Tiongkok dan Rusia mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada tahun 2022 ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing beberapa hari sebelum ia mengirim ribuan pasukan ke Ukraina.

Tiongkok masih belum mengutuk invasi tersebut dan telah meningkatkan ekspornya ke Rusia, membantu Moskow menjaga ekonomi perangnya tetap bertahan.

Kemitraan "tanpa batas" tersebut membuat perdagangan dua arah mencapai rekor US$240,1 miliar pada tahun 2023, naik 26,3 persen dari tahun sebelumnya, menurut data bea cukai Tiongkok.

Sementara itu, perdagangan Tiongkok-AS turun 11,6 persen tahun lalu menjadi US$664,5 miliar, menurut data bea cukai Tiongkok.

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya