Jerman Bersiap Jika Donald Trump Kembali Terpilih Jadi Presiden Amerika Serikat

Kanselir Jerman Olaf Scholz pada KTT G7 di Italia pernah menyebut bahwa pihaknya lebih memilih Joe Biden untuk masa jabatan kedua sebagai presiden AS.

oleh Tim Global diperbarui 24 Jul 2024, 15:01 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 15:01 WIB
Kanselir Jerman Olaf Scholz
Kanselir Jerman Olaf Scholz (Dok. AFP)

Berlin - Politisi di Jerman dilaporkan mulai khawatir usai Joe Biden mundur dari pencalonannya sebagai presiden Amerika Serikat (AS) dalam pemilu AS 2024. Pasalnya, beberapa tahun belakangan Jerman menujukkan keakrabannya dengan Biden ketimbang Donald Trump. 

Kanselir Jerman Olaf Scholz pada KTT G7 di Italia pernah menyebut bahwa pihaknya lebih memilih Joe Biden untuk masa jabatan kedua sebagai presiden AS.

Namun, Jens Spahn dari partai oposisi terbesar, CDU, berpendapat berbeda. CDU adalah partai yang berkuasa di Berlin pada masa kepresidenan Donald Trump pada 2016 hingga 2020.

"Saya pikir Trump kemungkinan besar akan menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya," katanya seperti dikutip DW Indonesia, Rabu (24/7/2024).

"Dan kita tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti yang kita lakukan pada masa kepresidenannya yang terakhir. Saat itu, tidak ada seorang pun yang memiliki jaringan kontak dengan tim Trump. Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang dia lakukan. Kali ini kita harus tahu sebelumnya dan menjalin kontak dengan dia dan timnya".

Jens Spahn turut menghadiri konferensi Partai Republik di Milwaukee karena dia yakin politisi Jerman harus memperlakukan Trump secara berbeda.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Khawatir pada JD Vance Terkait Ukraina

Kandidat Presiden dan Wakilnya dari Partai Republik AS, Donald Trump (kiri) dan JD Vance (kanan). (AP)
Kandidat Presiden dan Wakilnya dari Partai Republik AS, Donald Trump (kiri) dan JD Vance (kanan). (AP)

Kekhawatiran di Jerman tidak hanya terkait prospek terpilihnya kembali Trump, tetapi juga terkait calon wapres, J.D. Vance. Ada kekhawatiran mengenai dukungannya terhadap Ukraina.

Pada Konferensi Keamanan München (MSC) pada bulan Februari, J.D. Vance mengatakan bahwa sikap Trump terhadap hal ini jelas, dan "dia akan menyerahkan Ukraina kepada Putin," tulis pemimpin Partai Hijau Ricarda Lang di X.

Vance mengatakan secara terbuka dalam sebuah podcast pada tahun 2022: "Bagi saya, apa yang terjadi di Ukraina tidak terlalu penting." 


Jerman Semakin Tergantung kepada AS

FOTO: Kanselir Jerman Temui Presiden AS Bahas Rusia
Presiden AS Joe Biden berbicara saat pertemuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Kantor Oval Gedung Putih, Washington, AS, 7 Februari 2022. AS dan Jerman menjalin kerja sama untuk mencegah agresi Rusia di Eropa serta tantangan yang ditimbulkan oleh China. (AP Photo/Alex Brandon)

Memang, Jerman dan Eropa perlu berbuat lebih banyak untuk pertahanan mereka. Trump berulang kali mengatakan hal ini selama masa kepresidenannya pada tahun 2016 hingga 2020.

"Masalahnya, Jerman dan Eropa saat ini jauh lebih 'rentan' dibandingkan tahun 2016 karena Rusia tidak hanya mengancam Ukraina, tetapi juga seluruh Eropa. Dan politik keamanan Eropa sangat bergantung pada AS," ujar Dominik Tolksdorf dari Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman.

Politisi CDU Jens Spahn mengatakan Trump adalah sebuah seruan bagi Eropa untuk bertumbuh. "AS adalah sekutu kita yang paling penting. Merekalah yang menjamin keamanan di Eropa. Kenyataannya adalah, tanpa AS, Eropa tidak aman. Hal ini berlaku saat ini dan di masa mendatang. Itu sebabnya kita membutuhkan Amerika Serikat sebagai mitra, tidak peduli siapa presidennya."


Khawatir Jika Trump Terpilih Lagi

Banner Infografis Kronologi Penembakan Donald Trump Saat Kampanye Pilpres AS. (AP Photo/Gene J. Puskar)
Banner Infografis Kronologi Penembakan Donald Trump Saat Kampanye Pilpres AS. (AP Photo/Gene J. Puskar)

Banyak politisi Jerman mengingat kepresidenan pertama Trump dengan rasa ngeri. Kemenangannya dalam pemilu saat itu membuat sebagian besar orang tidak percaya karena mereka sepenuhnya mengharapkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat akan menang.

Seberapa dalam kesenjangan antara Trump dan politik Jerman saat itu - dan hingga saat ini - juga ditunjukkan oleh pernyataan yang sangat tidak diplomatis dari Menteri Luar Negeri Jerman saat itu, Frank-Walter Steinmeier. Dia menyebut Donald Trump sebagai "pengkhotbah kebencian" selama kampanye pemilu AS tahun 2016.

Infografis Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya