Kepala Arsip Rusia: Hubungan RI-Uni Soviet Saling Menghargai, Dekat dan Tak Ikut Campur Urusan Satu Sama Lain

Kepala Badan Arsip Federal Federasi Rusia Andrey Artizov menyebut hubungan Indonesia dan Uni Soviet saling menghargai, dekat dan tidak saling mencampuri urusan satu sama lain.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Sep 2024, 13:03 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 13:03 WIB
Pembicara di Seminar Internasional Indonesia-Russia: from the Past to the Future, the Historical and Geopolitical Perspective di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa, 24 September 2024 (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).
Pembicara di Seminar Internasional Indonesia-Russia: from the Past to the Future, the Historical and Geopolitical Perspective di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa, 24 September 2024 (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan sejarah dan perspektif Indonesia dan Rusia sudah terjalin sejak lama. Kepala Badan Arsip Federal Federasi Rusia Andrey Artizov menyebut bahwa kedua negara sudah menggambarkan hubungan yang saling menghargai, dekat dan tidak saling mencampuri urusan satu sama lain.

Dalam Seminar Internasional Indonesia-Russia: from the Past to the Future, the Historical and Geopolitical Perspective, Andrey Artizov memaparkan sejumlah catatan sejarah antara Indonesia dan Rusia (yang dahulunya Uni Soviet).

"Pada tahun 1960-an, Uni Soviet punya rencana untuk membantu perkembangan negara-negara yang baru merdeka. Membantu negara yang ingin membangun ekonominya dengan anggaran Uni Soviet, termasuk Indonesia," kata Andrey Artizov pada seminar sesi pertama dengan tajuk Historical Perspectives on the Bilateral Relations between Indonesia and Russia, Selasa (24/9/2024) di Hotel Borobudur Jakarta.

"Keputusan dalam pemberian bantuan ekonomi, teknologi dan bidang lainnya naik dua kali lipat pada masa itu," kata Andrey Artizov.

Andrey Artizov menyebut, kala itu, sekitar 65 persen anggaran Uni Soviet digunakan untuk bantuan perkembangan ekonomi negara-negara di dunia.

Dalam kebijakan tersebut, Andrey Artizov mengatakan bahwa negara-negara yang tergabung dalam Konferensi Asia-Afrika yang berhak menerima bantuan itu.

"Untuk Indonesia, ada banyak pertimbangan yang dilakukan oleh Uni Soviet kala itu. Kami mempertimbangkan ekonomi Indonesia kala itu. Kami mendapatkan kiriman karet, minyak, rempah, kopi dan lain-lain. Sementara kerja sama dari Rusia ke Indonesia berupa pengiriman kendaraan, traktor, semen, sulfat, pupuk, kain, korek api dan lainnya."

"Bantuan ekonomi lainnya juga dilakukan, saat kedua negara melakukan perundingan. Uni Soviet memberikan bantuan dalam membangun waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air di Indonesia."

Kerja sama ekonomi antara Soviet dan Indonesia juga tergambar dalam pembangunan Stadion Gelora Bung Karno (GBK), pembangunan pabrik baja hingga alumunium.

"Saya mau sampaikan bahwa hubungan kemitraan antara Moskow dan Jakarta dilakukan lantaran Soviet melihat melihat Indonesia sebagai mitra potensial yang berdaulat sejak zaman Presiden Sukarno," kata Andrey Artizov.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Titik Beku Hubungan Indonesia-Uni Soviet

Anggota DPR RI sekaligus Duta Arsip Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyebut redupnya hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet terjadi pada tahun 1965 (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).
Anggota DPR RI sekaligus Duta Arsip Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyebut redupnya hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet terjadi pada tahun 1965 (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Rusia Jose Tavares turut menggambarkan hubungan kedua negara yang semakin terjalin secara baik.

"Terjadi perkembangan hubungan signifikan antara Indonesia dan Uni Soviet. Bantuan Rusia berupa bantuan pembangunan Gedung GBK, Pabrik Krakatau Steel hingga Rumah Sakit Persahabatan Rawamangun 1961."

Meski begitu, Jose Tavares juga menggambarkan hubungan kedua negara yang sempat mencapai titik beku lantaran adanya kemungkinan ideologi komunis di masa lalu..

Anggota DPR RI sekaligus Duta Arsip Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyebut redupnya hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet terjadi pada tahun 1965.

"Tahun 1965, hubungan kedua negara meredup. Pemerintah Orde Baru melakukan kerja sama dengan negara barat dan membuat kerja sama alutsista dengan Rusia terbengkalai," kata Rieke Diah Pitaloka.

Namun, hubungan Indonesia dan Uni Soviet kembali membaik setelah dilakukan kunjungan terobosan dari Presiden Suharto di tahun 1989 ke Rusia. Di sana, ia melakukan penandatanganan pernyataan dasar-dasar hubungan persahabatan Indonesia-USSR.

Sementara itu, Direktur Negara Rusia Arsip Sejarah Sosial-Politik Petr Skorospelov menyebut seminar internasional ini penting untuk dilakukan agar kita terus bisa mengingat dan belajar dari sejarah.

"Sejarah dan memori harus terus kita ingat. Bagaimana kejadian politik di masa lalu dan masa kini. Mari kita elaborasikan catatan sejarah untuk masa depan."

 

Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya