Liputan6.com, Jakarta - Seekor kucing hitam bernama Clementine menjadi viral di TikTok karena netizen terpukau dengan matanya yang langka. Mata kucing ini berwarna oranye cerah seperti buah labu.
Warna-warna mata yang unik dan menarik bukan hanya dimiliki kucing peliharaan seperti Clementine saja, melainkan juga dimiliki banyak jenis kucing liar. Mulai dari kilauan warna emas pada mata citah, biru terang yang dimiliki macan tutul salju, dan hijau menyala pada mata macan tutul, semua warna mata indah ini bisa ditelusuri kembali ke satu nenek moyang.
Baca Juga
Nenek moyang kucing ini, yang mirip dengan oselot, berkeliaran di Bumi lebih dari 30 juta tahun yang lalu.
Advertisement
Dilansir dari earth.com pada Senin (7/10/2024), para peneliti dari Universitas Harvard berpendapat bahwa populasi kucing purba ini kemungkinan besar memiliki populasi yang bermata cokelat dan abu-abu. Para kucing purba bermata abu ini lah yang menjadi awal dari berbagai macam warna iris yang terlihat pada spesies kucing saat ini.
Kemunculan kucing bermata abu-abu, menurut penelitian ini, membuka jalan bagi evolusi lebih banyak warna, termasuk hijau, kuning, dan biru. Mata abu-abu ini merupakan transisi antara mata cokelat asli dan perkembangan warna baru.
Penulis utama penelitian ini, Julius Tabin, seorang mahasiswa di Griffin Graduate School of Arts and Sciences, Departemen Biologi Organisme dan Evolusi Harvard mengatakan, “Mata biru membutuhkan tingkat pigmen rendah yang seimbang dan kemungkinan besar bersifat resesif pada kucing. Populasi liar mungkin tidak akan mampu mempertahankan mata biru dalam populasi dengan hanya satu individu bermata biru di antara sekumpulan mata cokelat.”
"Kemungkinan Anda membutuhkan sesuatu yang lebih terang dari cokelat, tapi tidak secerah biru, untuk menjadi penengah. Dan itulah yang Anda lihat: Pada setiap spesies kucing yang memiliki mata biru, mereka juga memiliki mata abu-abu," ujarnya.
Proses Mencari Tahu Warna Mata Nenek Moyang Kucing Liar
Sebagian besar penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berfokus pada distribusi warna mata dalam suatu spesies atau gen yang terlibat dalam menentukan warna mata pada manusia dan hewan peliharaan.
Namun, mempelajari warna mata pada populasi hewan liar jarang dilakukan karena tantangan pelestarian dan kurangnya keragaman karena sebagian besar hewan memiliki mata berwarna cokelat.
Meski warna mata pada manusia dapat dibentuk oleh seleksi seksual, dan pada hewan peliharaan oleh seleksi buatan, keragaman warna mata pada kucing liar masih menjadi pertanyaan. Oleh karena itu, Tabin ingin mengeksplorasi alasan di balik fenomena ini.
"Ketika saya memulai penelitian ini, saya bertanya, 'Apa yang kita ketahui tentang warna mata? Dan kenyataannya, sangat sedikit, karena pada dasarnya hampir tidak ada studi evolusi filogenetik tentang warna mata," kata Tabin.
Karena tidak memiliki bukti fosil, Tabin dan rekan penulisnya Katherine Chiasson, seorang kandidat Ph.D. di Universitas Johns Hopkins, mengambil pendekatan yang kreatif.
Mereka menganalisis gambar digital dari database online untuk mengkategorikan dan mempelajari warna mata 52 spesies kucing liar.
Tabin dan Chiasson menggunakan algoritma untuk memetakan warna-warna ini ke dalam pohon filogenetik famili Felidae. “Kami menemukan banyak variabilitas warna antar spesies, tetapi yang mengejutkan, kami juga menemukan banyak variabilitas intraspesifik,” kata Tabin.
Ia melanjutkan, “Sebagian besar spesies memiliki warna mata tunggal tanpa variasi. Jadi, sangat mengejutkan bahwa begitu Anda mempelajari kucing - singa, harimau, macan kumbang, dan lain-lain - kita melihat berbagai macam warna mata yang berbeda. Sebenarnya hanya ada sedikit spesies Felidae yang hanya memiliki satu warna mata dalam populasinya.”
Dengan temuan mereka yang terpetakan pada silsilah keluarga, para peneliti mulai merekonstruksi warna mata nenek moyang spesies kucing purba.
Mereka menemukan bahwa garis keturunan pra-felid, termasuk nenek moyang kucing modern dan kerabat terdekatnya (linsang), hanya memiliki mata berwarna cokelat.
Namun, setelah linsang menyimpang dari garis keturunan tersebut, kucing dengan mata abu-abu muncul bersamaan dengan kucing bermata cokelat.
“Kemungkinan hal ini terjadi karena mutasi genetik yang secara drastis mengurangi pigmen pada mata,” jelas Tabin.
Melanin, pigmen yang bertanggung jawab atas warna, dapat berupa eumelanin (yang berwarna cokelat) atau pheomelanin (yang berwarna kuning).
Penurunan eumelanin dapat menyebabkan mata tidak sepenuhnya berwarna cokelat atau abu-abu, tetapi campuran keduanya. Hal ini ditemukan oleh para peneliti dalam analisis mereka.
Para peneliti juga menemukan bahwa mata cokelat dan kuning jarang ditemukan dalam spesies yang sama. Selain itu, mereka mengamati korelasi yang mengejutkan antara mata kuning dan pupil bulat, serta korelasi negatif antara mata cokelat dan pupil bulat.
Advertisement
Studi Ini dan Masa Depan Penelitian
Terlepas dari korelasi yang menarik tersebut, para peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara warna mata dan faktor-faktor seperti pola aktivitas, habitat, atau wilayah geografis.
Hal ini meninggalkan pertanyaan mengapa warna mata berevolusi menjadi sangat bervariasi pada kucing liar yang dapat menjadi bahan penelitian di masa depan.
Tim peneliti tidak hanya merekonstruksi jenis warna mata secara umum untuk setiap nenek moyang, tetapi mereka juga mampu memprediksi warna mata kucing-kucing purba ini.
“Mampu merekonstruksi warna secara kuantitatif adalah salah satu kekuatan terbesar dari penelitian ini, karena itu berarti kita adalah makhluk pertama yang melihat warna mata kucing-kucing ini sejak kucing-kucing ini hidup jutaan tahun yang lalu,” kata Tabin.
Bagi Chiasson, salah satu daya tarik dari penelitian ini adalah penggunaan sumber daya yang tersedia secara publik untuk penelitian mereka.
“Kenyataan bahwa penelitian yang ketat seperti penelitian kami dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki koneksi internet dan rasa ingin tahu, merupakan indikasi revolusi di bidang ini yang meningkatkan aksesibilitas ilmu pengetahuan di seluruh dunia,” ujarnya.
Ke depannya, Tabin berharap studi ini akan menginspirasi penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya evolusi mata abu-abu dan pola evolusi warna mata yang lebih luas pada populasi alami.
“Saya masih merasakan kegembiraan saat mengetahui bahwa nenek moyang felid (kucing) memiliki mata cokelat dan abu-abu, karena itu adalah sesuatu yang tidak saya duga atau bahkan saya pikirkan sebelumnya,” katanya.
Penelitian ini membuka jalan baru untuk memahami bagaimana mata kucing liar yang memukau itu muncul, menambahkan lebih banyak lagi misteri dan daya tarik pada makhluk menakjubkan ini.