4 Alasan Menghilangnya Air Mars yang Kini Jadi Planet Gersang

Beberapa peneliti menganggap air Mars menguap keluar angkasa. Namun penelitian lain menunjukkan, air Mars berubah menjadi mineral dan terkubur sebagai es dalam kerak planet.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Okt 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2024, 05:00 WIB
Ilustrasi Planet Mars
Ilustrasi Planet Mars (Aynur Zakirov/Pixabay).

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan meyakini Mars memiliki danau, sungai, bahkan lautan di permukaannya pada tiga miliar tahun yang lalu. Namun, air Mars menghilang dan hanya menyisakan es permafrost di kutub-kutub planet.

Beberapa peneliti menganggap air Mars menguap keluar angkasa. Namun penelitian lain menunjukkan, air Mars berubah menjadi mineral dan terkubur sebagai es dalam kerak planet.

Berikut alasan menghilangnya air Mars yang kini menjadi planet gersang.

1. Air Mars Terjebak di Batuan Purba

Dikutip dari laman The Planetary Society pada Jumat (11/10/2024), kandungan air di Mars memiliki kadar mineral yang cukup tinggi. Para ilmuwan menyakini ada air yang masih tersian di beberapa tempat, seperti contohnya bebatuan purba yang ada di planet tersebut.

Peneliti berpendapat bahwa kandungan air tersebut bahkan sudah ada sejak jutaan tahun lalu, yaitu sejak kawasan Mars masih dipenuhi air.

2. Mars Kehilangan Gravitasi

Keberadaan air di planet Mars dipercaya banyak ilmuwan membuat planet ini dulunya mirip seperti bumi. Namun, dengan berbagai fenomena alam membuat kandungan air Mars menyusut hingga mengering seperti saat ini.

Melansir Science pada Jumat (11/10/2024), Mars telah kehilangan banyak kandungan hidrogen akibat massa gravitasinya yang rendah. Bahkan massa gravitasi dari Mars hanya 40 persen dari massa gravitasi yang ada di Bumi.

Hal ini membuat kandungan hidrogen yang sangat ringan tersebut jadi terbawa ke luar angkasa, sehingga sulit terjatuh kembali ke permukaan planet.

 

Perubahan Iklim Ekstrem

3. Badai Debu karena Perubahan Iklim Ekstrem

Mars terkenal dengan warnanya yang kemerahan karena adanya oksidasi atau karat besi di permukaannya. Debu besi oksida yang tertiup ke atmosfer membuat Mars tampak lebih merah, terutama dari kejauhan.

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Mars mengalami peralihan iklim yang cukup ekstrem pada beberapa waktu terakhir. Hal ini menyebabkan badai debu yang mengerikan.

Saat ini, para peneliti mengatakan badai mungkin juga menjadi salah satu penyebab hilangnya air Mars. Fosil sungai dan delta yang terukir di Mars menunjukkan air mengalir di sana miliaran tahun yang lalu.

Sebagian besar air entah bagaimana bisa lenyap ke luar angkasa. Namun para peneliti mengira uap air tidak dapat terbang tinggi di atmosfer yang dingin dan tipis tanpa mengembun menjadi salju dan jatuh kembali ke permukaan.

Data baru dari pengorbit Mars Atmosphere and Volatile Evolution (MAVEN) NASA menunjukkan bagaimana badai debu yang berputar dapat memompa air ke luar angkasa. Padahal sekitar 3.8 miliar tahun lalu, Mars dipercaya menjadi planet yang lebih baik dan tidak sekering saat ini.

4. Badai Matahari

Dalam studi yang dipublikasi jurnal Science itu, tim peneliti mengatakan bahwa air di Mars menghilang ke luar angkasa karena badai matahari (solar winds). Badai matahari adalah aliran partikel, umumnya berupa proton dan elektron, yang dipancarkan oleh matahari.

Badai matahari sebenarnya merupakan fenomena alam yang umum terjadi. Angin dari badai matahari terbang jauh hingga melampaui Pluto hingga akhirnya keluar tata surya.

Bumi juga berada di jalur badai matahari. Namun, planet kita memiliki medan magnet pelindung yang kuat untuk menepis angin dari badai tersebut. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh Mars.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya