Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat mengumumkan paket bantuan keamanan baru senilai USD 988 juta atau sekitar Rp15,67 triliun untuk Ukraina.
Langkah ini diambil saat Washington D.C berupaya memberikan dukungan secara masimal kepada Kyiv sebelum Presiden terpilih Donald Trump dilantik pada Januari 2025.
Baca Juga
Nasib bantuan AS untuk Ukraina di masa mendatang menjadi tanda tanya setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum pada November 2024.
Advertisement
Akibatnya, AS hanya memiliki waktu terbatas untuk mencairkan bantuan senilai miliaran dolar yang telah disahkan sebelum Trump dilantik bulan depan, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (9/12/2024).
Paket tersebut mencakup pesawat nirawak (drone), amunisi untuk peluncur roket HIMARS presisi, dan peralatan serta suku cadang untuk sistem artileri, tank, dan kendaraan lapis baja, kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Sabtu (7/12) di Paris.
Pada pertemuan itu, Zelenskyy menyatakan bahwa setiap penyelesaian perang dengan Rusia haruslah "adil" dan mencakup "jaminan keamanan yang kuat untuk Ukraina."
Pertemuan tersebut sangat penting bagi Zelenskyy, mengingat Kyiv khawatir Trump mungkin akan mendorong Ukraina untuk memberikan konsesi kepada Moskow, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (9/12/2024).
Bantuan terbaru akan didanai melalui Prakarsa Bantuan Keamanan Ukraina, di mana peralatan militer diperoleh dari industri pertahanan atau mitra, bukan dari persediaan AS, yang berarti peralatan tersebut tidak akan segera tiba di medan perang.
Bantuan ini diberikan menyusul paket bantuan senilai USD 725 juta yang diumumkan pada Senin (8/12) yang mencakup ranjau darat tahap kedua serta senjata anti-udara dan anti-tank.
Â
Upaya Joe Biden di Akhir Masa Kepemimpinannya
Pemerintahan Presiden Joe Biden berupaya mengirimkan bantuan sebanyak mungkin ke Ukraina sebelum Trump mengambil alih. Trump berulang kali mengkritik bantuan Washington D.C untuk Kyiv dan mengklaim bahwa ia dapat menciptakan gencatan senjata hanya dalam beberapa jam.
Komentar Trump menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan Eropa mengenai masa depan bantuan Amerika Serikat, serta kemampuan Ukraina untuk bertahan dari serangan Rusia tanpa dukungan AS yang lebih lanjut.
"Tugas kami adalah mencoba dan menempatkan Ukraina pada posisi sekuat mungkin di medan perang sehingga berada pada posisi sekuat mungkin di meja perundingan," kata penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.
Pada minggu-minggu terakhir masa jabatan Joe Biden, tujuannya adalah untuk memberikan "bantuan besar-besaran dan meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Rusia."
Advertisement