Liputan6.com, Jakarta - Teleskop Luar Angkasa Hubble pernah menemukan sisa-sisa ledakan supernova pada 2006. Menariknya, para astronom memprediksi kilauan ledakan bintang tersebut akan kembali terlihat dari bumi pada tahun 2037 mendatang.
Ledakan ini dikenal dengan nama Supernova Requiem, yang diperkirakan berjarak sekitar 10 miliar tahun cahaya dari bumi. Menurut laporan dari laman Space pada Selasa (14/01/2025), Supernova Requiem pertama kali teramati oleh Teleskop Hubble pada 2016.
Advertisement
Fenomena ini terdeteksi tiga kali berkat keberadaan fenomena lensa gravitasi, sebuah efek kosmik yang memungkinkan benda masif seperti gugus galaksi membelokkan dan memperbesar cahaya dari objek di belakangnya. Dalam kasus Supernova Requiem, gugus galaksi MACS J0138.0-2155 berperan sebagai lensa gravitasi yang memperbesar kilauan cahaya supernova tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Gugus galaksi MACS J0138.0-2155 yang terletak sekitar 4 miliar tahun cahaya dari bumi, mampu membelokkan cahaya supernova ke dalam tiga jalur berbeda. Fenomena ini menghasilkan tiga penampakan berbeda yang diabadikan oleh Hubble.
Model komputer dari distribusi materi di dalam gugus ini memungkinkan para astronom memperkirakan waktu kedatangan kilauan berikutnya pada 2037. Prediksi ini didasarkan pada perjalanan cahaya melalui bagian pusat gugus yang memiliki konsentrasi materi gelap yang sangat tinggi, sehingga memperlambat waktu tempuh cahaya.
Supernova Requiem ditemukan secara tidak sengaja oleh Gabe Brammer, seorang astronom dari University of Copenhagen, Denmark. Saat itu, ia sedang mempelajari galaksi-galaksi jauh dalam proyek REQUIEM (REsolved QUIEscent Magnified Galaxies).
Penemuan tersebut berawal dari analisis gambar arsip Hubble 2016, yang awalnya menampilkan sebuah titik terang kecil yang diduga sebagai galaksi jauh. Setelah pemeriksaan lebih teliti, titik tersebut ternyata merupakan kilauan supernova yang cahayanya dibiaskan oleh gugus galaksi.
Ledakan supernova hanya berlangsung selama 10 detik, tetapi kilatan cahaya yang diciptakan dapat tetap terlihat selama berbulan-bulan hingga setahun sebelum memudar sepenuhnya. Analisis lanjutan terhadap gambar menunjukkan bahwa kilauan tersebut dikelilingi oleh noda berdebu yang diperkirakan merupakan gambar galaksi induk supernova.
Selain penampakan pada 2037, para astronom memperkirakan Supernova Requiem mungkin akan kembali terlihat sekitar 2042. Namun, cahaya yang muncul di masa mendatang kemungkinan akan terlalu redup untuk diamati secara efektif.
Prediksi ini memberikan wawasan tentang distribusi materi gelap di alam semesta serta kemampuan lensa gravitasi dalam memperbesar cahaya dari objek yang sangat jauh. Kemampuan untuk mengamati supernova telah meningkat pesat dalam dua dekade terakhir berkat kemajuan teknologi teleskop.
Teleskop masa depan seperti Observatorium Vera C. Rubin di Chili dan Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman milik NASA diharapkan dapat memberikan pengamatan yang lebih detail. Dengan lensa yang lebih lebar dan kemampuan yang lebih canggih, teleskop-teleskop ini akan memperluas pemahaman manusia tentang fenomena kosmik, termasuk peristiwa ledakan bintang yang spektakuler.
(Tifani)