Misi Blue Ghost Meluncur, Tandai Eksplorasi Bulan di Zaman Modern

Misi ini dijadwalkan mendarat pada 2 Maret 2025, di wilayah Mare Crisium, cekungan lebar di sisi dekat bulan. Lokasi ini dipilih untuk mengumpulkan data ilmiah yang berharga tentang satelit bumi itu.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 18 Jan 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2025, 03:00 WIB
NASA
Citra satelit dimanfaatkan untuk membantu Indonesia selama beberapa minggu dan bulan mendatang pascabencana. Di sini, petir dapat dilihat di dekat pulau Kalimantan pada tahun 2014, dari atas Stasiun Angkasa Luar Internasional. (REDI WISEMAN / NASA)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) meluncurkan misi eksplorasi luar angkasa ke bulan. Misi yang diberani nama Blue Ghost Mission 1 ini mengangkut 10 instrumen ilmiah dan teknologi yang akan mengumpulkan data vital untuk mendukung program eksplorasi Artemis, program mendaratkan kembali manusia ke bulan.

Melansir laman NASA pada Jumat (17/01/2025), misi Blue Ghost Mission 1 diluncurkan pada Rabu (15/1/2025) pukul 01.11 waktu setempat dari Kennedy Space Center, Florida, menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Pesawat pendarat Blue Ghost yang dikembangkan oleh perusahaan Firefly Aerospace akan menuju bulan.

Misi ini dijadwalkan mendarat pada 2 Maret 2025, di wilayah Mare Crisium, cekungan lebar di sisi dekat bulan. Lokasi ini dipilih untuk mengumpulkan data ilmiah yang berharga tentang satelit bumi itu.

Blue Ghost Mission 1 merupakan bagian dari program Commercial Lunar Payload Services (CLPS) yang memungkinkan perusahaan swasta bekerja sama dengan NASA untuk mengirim muatan ilmiah ke Bulan. Begitu mendarat di Bulan, NASA akan menguji berbagai teknologi.

Termasuk sistem pengeboran tanah Bulan, pengumpulan sampel regolith, navigasi berbasis satelit, komputer tahan radiasi, serta metode mitigasi debu bulan. NASA akan menguji berbagai teknologi inovatif, termasuk kemampuan navigasi satelit global (GNSS) yang memungkinkan penentuan posisi secara akurat di Bulan.

Serta, metode pengelolaan debu bulan yang menggunakan medan listrik untuk mengurangi akumulasi debu di permukaan perangkat. Sebagai bagian dari program eksplorasi Bulan modern NASA, pengiriman CLPS (Commercial Lunar Payload Services) ke Bulan akan membantu manusia lebih memahami proses dan evolusi planet, mencari air dan sumber daya lainnya.

Bahkan mendukung eksplorasi Bulan yang berkelanjutan dan jangka panjang oleh manusia sebagai persiapan untuk misi manusia pertama ke Mars. Pada misi ini, ada 10 muatan NASA yang diterbangkan, seperti Lunar Instrumentation for Subsurface Thermal Exploration with Rapidity (LISTER).

LISTER akan Mengeksplorasi aliran panas dari interior bulan melalui pengeboran hingga kedalaman 10 kaki menggunakan teknologi bor pneumatik. Lunar PlanetVac (LPV) berfungsi engumpulkan sampel regolith menggunakan semburan gas terkompresi untuk dianalisis oleh berbagai instrumen.

Next Generation Lunar Retroreflector (NGLR) sebagai target untuk laser di Bumi, memungkinkan pengukuran jarak bumi-bulan dengan presisi tinggi. Regolith Adherence Characterization (RAC) bertugas mempelajari bagaimana regolith menempel pada berbagai material di lingkungan Bulan.

Radiation Tolerant Computer (RadPC) befungsi mendemonstrasikan kemampuan komputer untuk bertahan dari kerusakan akibat radiasi ionisasi. Electrodynamic Dust Shield (EDS) merupakan teknologi aktif untuk menghilangkan debu Bulan menggunakan medan listrik.

Lunar Magnetotelluric Sounder (LMS) yang akan mengukur medan listrik dan magnet untuk mempelajari struktur mantel bulan. Lunar GNSS Receiver Experiment (LuGRE) bertuga enguji penggunaan navigasi berbasis satelit dari Bumi hingga Bulan.

Stereo Camera for Lunar Plume-Surface Studies (SCALPSS) akan menggunakan kamera stereo untuk mempelajari dampak semburan roket pada regolith selama pendaratan. Salah satu muatan paling penting yang dibawa oleh Blue Ghost adalah instrumen yang dirancang khusus untuk memantau medan magnet bumi dari kejauhan.

Muatan ini disebut LEXI (Lunar Environment Heliospheric X-ray Imager). LEXI akan bertugas sebagai mesin pencitra sinar-X yang memantau interaksi antara magnetosfer bumi dengan angin matahari, partikel bermuatan tinggi yang terus-menerus mengalir dari matahari.

LEXI berperan penting dalam memahami dinamika cuaca luar angkasa. Dengan memantau perubahan dalam magnetosfer yang diinduksi oleh angin matahari, LEXI memungkinkan para ilmuwan mendeteksi dan melacak pola cuaca matahari dengan lebih akurat.

Cuaca matahari, yang terdiri dari lontaran massa koronal dan semburan partikel bermuatan, dapat mempengaruhi satelit komunikasi, sistem navigasi GPS, dan bahkan jaringan listrik di Bumi. Oleh karena itu, pengamatan oleh LEXI akan memberikan data penting untuk meningkatkan kemampuan prediksi dan mitigasi dampak dari fenomena tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya