Tak Hanya Melambat, Kini Inti Bumi Berubah Bentuk

Kondisi ekstrem ini menjelaskan mengapa inti dalam tetap padat meskipun suhunya sangat tinggi. Namun, para ilmuwan mengidentifikasi perubahan pada bentuk inti dalam bumi baru-baru ini.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 14 Feb 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 01:00 WIB
Inti Bumi. (Science Photo Library)
Inti Bumi. (Science Photo Library)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Inti bumi adalah pusat planet Bumi yang sangat panas dan sangat padat. Suhu di inti bumi perkiraan mencapai 5.000 hingga 7.000 derajat Celsius, sementara tekanannya mencapai 3 juta kali tekanan atmosfer di permukaan bumi.

Kondisi ekstrem ini menjelaskan mengapa inti dalam tetap padat meskipun suhunya sangat tinggi. Namun, para ilmuwan mengidentifikasi perubahan pada bentuk inti dalam bumi baru-baru ini.

Melansir aman Live Science pada Kamis (13/02/2025), penelitian terbaru mengungkap bahwa inti dalam bumi tidak hanya mengalami perlambatan dalam rotasinya, tetapi juga berubah bentuk. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 10 Februari 2025 ini menunjukkan bahwa permukaan inti dalam bumi bersifat lebih dinamis daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Para ilmuwan memeriksa gelombang seismik dari gempa bumi yang melintas di tepi inti dalam bumi, yang berada sekitar 5.150 kilometer di bawah permukaan. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun inti dalam telah berotasi kembali ke posisi yang diamati sebelumnya, terdapat perbedaan kecil yang menunjukkan perubahan dalam permukaannya.

Para peneliti menjelaskan bahwa kemungkinan besar aliran di inti luar bumi memengaruhi inti dalam dan mengubah topografinya. Inti luar bumi merupakan cairan yang terdiri dari besi dan nikel yang melingkupi inti dalam yang padat.

Setiap tahunnya, sedikit bagian dari inti luar mengkristal dan menambah ukuran inti dalam dengan kecepatan sekitar satu milimeter per tahun. Namun, di perbatasan antara inti luar dan dalam, kondisi berada di titik leleh, yang menyebabkan inti dalam menjadi padat tetapi tidak kaku.

Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan pergerakan kecil yang terdeteksi dalam penelitian. Para peneliti menilai bahwa perubahan bentuk inti dalam bisa mencapai ratusan meter hingga satu atau dua kilometer.

Namun, luas wilayah perubahan ini masih belum dapat dipastikan, bisa jadi mencapai ratusan kilometer.

 

Promosi 1

Inti Bumi Melambat

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa rotasi inti dalam bumi tidak konstan. Hingga 2010, inti dalam berputar lebih cepat daripada permukaan bumi, tetapi kemudian melambat dan sekarang tertinggal dari rotasi planet.

Melansir laman Science Alert pada Kamis (13/02/2025), pertama kalinya dalam waktu sekitar 40 tahun bahwa inti bergerak lebih lambat dibandingkan mantel bumi, khususnya inti bagian dalam. inti dalam bumi adalah bola besi-nikel padat yang dikelilingi oleh inti luar besi-nikel cair.

Inti bagian memiliki ukuran kira-kira seukuran bulan, terletak lebih dari 48.000 kilo meter di bawah tanah. Lokasi inti dalam bumi memberikan tantangan bagi para peneliti karena inti tersebut tidak dapat dikunjungi atau dilihat.

Para ilmuwan harus menggunakan gelombang seismik gempa bumi untuk membuat gambaran pergerakan inti bagian dalam. Untuk penelitian tersebut, para ahli dari USC menganalisis pembacaan dari 121 gempa bumi berulang yang tercatat antara 1991 dan 2023 di sekitar Kepulauan Sandwich Selatan di Atlantik Selatan.

Mereka juga menggunakan data dari uji coba nuklir Soviet yang dilakukan antara 1971 dan 1974, serta uji coba nuklir Perancis dan Amerika dari penelitian lain mengenai inti dalam. Perlambatan rotasi inti dalam bumi disebabkan oleh gerakan turbulen inti luar cair di sekitarnya.

Fenomena ini menghasilkan medan magnet bumi, dan tarikan gravitasi dari daerah padat di mantel berbatu atasnya. Hal ini pada akhirnya dapat mengubah rotasi seluruh planet, sehingga memperpanjang di permukaan.

Namun para ahli menilai bahwa kemunduran inti bumi dapat mengubah lamanya satu hari hanya sepersekian detik. Namun dampak dari perlambatan rotasi bumi masih belum sepenuhnya diketahui.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa fenomena ini dapat berpengaruh pada medan magnet bumi, sehingga akan mempengaruhi kemampuan planet ini untuk melindungi manusia dari bahaya radiasi matahari. Fenomena ini juga diyakini akan mempengaruhi perlambatan rotasi dapat memengaruhi kemiringan poros bumi, sehingga berpotensi menyebabkan perubahan pola musim.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya