Darth Vader Si Serangga Laut Super Raksasa Ditemukan di Lepas Pantai Vietnam, Beratnya Capai 1 Kg

Serangga laut yang merupakan makhluk laut dalam tersebut, sekarang disebut Bathynomus vaderi (B. vaderi), setelah para peneliti menyadari bahwa kepalanya mirip dengan helm yang dikenakan oleh penjahat ikonik “Star Wars” Darth Vader.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 27 Jan 2025, 14:05 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2025, 14:05 WIB
Serangga laut Darth Vader ditemukan di Vietnam. (Ng PKL, Sidabalok CM, Nguyen TS (2025) / ZooKeys 1223: 289-310)
Serangga laut Darth Vader ditemukan di Vietnam. (Ng PKL, Sidabalok CM, Nguyen TS (2025) / ZooKeys 1223: 289-310)... Selengkapnya

Liputan6.com, Hanoi - Ilmuwan baru saja mengidentifikasi spesies serangga laut "super raksasa" setelah membeli krustasea dari nelayan dan restoran di Vietnam, untuk mempelajari semakin populernya makhluk tersebut sebagai makanan lezat setempat.

Makhluk laut dalam tersebut, sekarang disebut Bathynomus vaderi (B. vaderi), setelah para peneliti menyadari bahwa kepalanya mirip dengan helm yang dikenakan oleh penjahat ikonik “Star Wars” Darth Vader.

CNN yang dikutip Senin (27/1/2025) menyebut para ilmuwan secara resmi mendeskripsikan spesies yang baru ditemukan tersebut pada hari Selasa (21/1) di jurnal ZooKeys, yang mengonfirmasi bahwa beberapa elemen struktur tubuh B. vaderi sangat berbeda dari spesimen Bathynomus lain yang ditemukan di Laut China Selatan.

Serangga laut super raksasa, termasuk B. vaderi, adalah anggota keluarga isopoda, yang dicirikan oleh rangka luarnya yang keras dan protektif serta tujuh pasang kaki. Spesimen terbesar dalam penelitian ini memiliki berat lebih dari 1 kilogram (2,2 pon) dan panjang 32,5 cm (12,8 inci), menjadikan B. vaderi salah satu isopoda terbesar yang diketahui di dunia.

Struktur tubuh keseluruhan Bathynomus crustacea mirip dengan banyak cirolanida air dangkal — famili isopoda yang menjadi bagiannya — tetapi makhluk laut dalam ini telah berevolusi menjadi jauh lebih besar, menurut rekan penulis penelitian Dr. Conni Sidabalok, seorang peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional di Indonesia.

"Kebanyakan isopoda berukuran sangat kecil, biasanya berukuran panjang kurang dari 2,5 cm (1 inci). Perbedaan ukuran ini membuat penemuan spesimen sebesar itu sangat luar biasa," kata Dr. Lanna Cheng, profesor emeritus biologi laut di University of California, San Diego, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Nelayan yang menangkap B. vaderi sedang menjaring ikan di laut dalam di Laut China Selatan sekitar 50 mil laut lepas pantai kota Quy Nhon di Vietnam tengah-selatan, yang berada di sebelah barat Kepulauan Spratly.

B. vaderi adalah penghuni dasar laut yang memakan hewan mati, mendaur ulang nutrisi sebagai bagian dari rantai makanan laut dalam, kata Sidabalok. Dia mencatat bahwa ukuran Bathynomus yang besar dapat membantu kelangsungan hidupnya di jurang laut atau memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan pemakan bangkai lainnya.

 

11 Spesies Bathynomus Super Raksasa

laut
Ilustrasi kedalaman laut. (Unsplash/Silas Baisch )... Selengkapnya

 

Saat ini, hanya ada 11 spesies Bathynomus supergiant (super raksasa) dan sembilan spesies giant (raksasa) yang diketahui, dengan beberapa menunggu deskripsi formal, menurut penelitian tersebut.

B. vaderi sejatinya hanyalah spesies isopoda super raksasa kedua yang tercatat ditemukan di Laut China Selatan. Namun, karena krustasea ini menghuni perairan yang sangat dalam, membedakan B. vaderi dari spesies lain merupakan proses yang melelahkan bagi tim peneliti.

Tidak seperti isopoda super raksasa lain yang tercatat, B. vaderi memiliki fitur unik: Segmen terakhir kaki belakangnya menyempit di bagian ujung dan sedikit melengkung ke belakang, menurut penelitian tersebut.

Untuk mengonfirmasi keunikan B. vaderi, peneliti Sidabalok dan rekan-rekannya memeriksa spesimen spesies terkait dari koleksi museum di berbagai negara dan bekerja sama dengan para ahli lainnya. Selain itu, para peneliti menganalisis DNA B. vaderi, tetapi kurangnya data genetik untuk banyak spesies Bathynomus menghadirkan tantangan tambahan dalam proses identifikasi.

Kuliner Khas Vietnam Rentan Penangkapan Ikan Berlebihan

Ilustrasi bendera Vietnam (wikimedia commons)
Ilustrasi bendera Vietnam (wikimedia commons)... Selengkapnya

Dalam beberapa tahun terakhir, spesies Bathynomus lainnya, seperti B. jamesi, telah menjadi kuliner lezat di Vietnam, dengan dagingnya sering dibandingkan dengan lobster, menurut penelitian tersebut.

Seiring dengan semakin populernya Bathynomus, pada tahun 2017 beberapa spesimen dijual hingga 2 juta dong Vietnam atau sekitar Rp1,2 juta, tulis para peneliti. Namun, karena nelayan menangkap dan menjual lebih banyak Bathynomus, harganya turun karena serangga laut tersebut menjadi lebih banyak tersedia.

Pada awal tahun 2024, spesimen seberat 1 hingga 2 kilogram (2,2 hingga 4,4 pon) dijual dengan harga sekitar 1 juta dong Vietnam (sekitar Rp644 ribu), menurut penelitian tersebut.

Dengan ditemukannya B. vaderi, para ilmuwan seperti Sidabalok dan Cheng telah menyuarakan kekhawatiran tentang potensi integrasinya ke dalam pasar makanan laut global.

Bathynomus dikenal karena reproduksinya yang lambat. Krustasea super raksasa ini menghasilkan sejumlah kecil telur — hanya ratusan — yang menetas sebagai versi miniatur dari krustasea dewasa, kata Sidabalok. Ia menambahkan bahwa tingkat reproduksi yang lambat ini membuat mereka sangat rentan terhadap penangkapan ikan yang berlebihan.

"(Makhluk) ini tidak tumbuh sangat cepat, dan jika mereka menjadi barang yang sangat tidak biasa dan dicari, kita mungkin akan memakannya hingga punah," kata Cheng.

Tim peneliti percaya B. vaderi ada di luar perairan pantai Vietnam di bagian lain Laut China Selatan, tetapi mengungkap spesies lain di kedalaman ini akan membutuhkan waktu.

Peneliti Sidabalok mengatakan dia berharap penelitian ini akan membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang populasi Bathynomus dan membantu nelayan mengembangkan praktik yang lebih berkelanjutan.

“Jika kami mendapat kesempatan, kami ingin melakukan lebih banyak survei dan mungkin bekerja sama dengan para ilmuwan di wilayah tersebut untuk memastikan apa yang hidup di sana,” kata Sidabalok. “Masih banyak yang harus dipelajari dan ditemukan.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya