Mengapa Bintang Terlihat Berkelap-Kelip? Ini Jawabannya

Selama siklus hidupnya, bintang menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam fase stabil yang dikenal dengan nama deret utama.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 26 Feb 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2025, 05:00 WIB
10 Bintang Paling Terang di Tata Surya, Salah Satunya Penanda Datangnya Banjir
Cover Pinterest/lastampa... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas karena reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya. Objek astronomi ini merupakan penyusun galaksi, dan seluruh alam semesta terdiri dari miliaran galaksi yang masing-masing berisi berbagai jenis bintang, mulai dari bintang yang kecil hingga bintang yang sangat besar.

Selama siklus hidupnya, bintang menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam fase stabil yang dikenal dengan nama deret utama. Pada fase ini, hidrogen di inti bintang mengalami fusi menjadi helium, menghasilkan energi yang membuat bintang bersinar.

Bintang-bintang dapat dilihat di malam hari dan merupakan bagian dari rasi bintang, yang merupakan sekelompok bintang yang terlihat berdekatan. Bintang dibuat dari gas menyala, seperti hidrogen dan helium, yang berada di antara bintang-bintang lain di galaksi.

Bintang-bintang juga terlihat berkelap-kelip yang menambah keindahan langit malam. Namun, rupanya bintang tidak berkelap-kelip sebagaimana tampak dari Bumi.

Proses kelap-kelip yang tampak itu sebenarnya disebabkan oleh interaksi cahaya bintang dengan atmosfer Bumi, bukan karena bintang itu sendiri yang berfluktuasi. Cahaya yang kita lihat saat menatap langit malam datang dari ratusan hingga ribuan tahun cahaya jauhnya, sehingga kita melihat bintang dalam keadaan yang sangat stabil di dalam dirinya.

Dikutip dari laman Star Walk Space pada Selasa (25/02/2025), ada tiga penyebab utama mengapa bintang terlihat berkelap-kelip saat dilihat dari Bumi. Pertama, udara diketahui tidak berhenti bergerak dan tidak terarah karena berbagai hal, seperti udara hangat naik dan bercampur dengan udara dingin saat Matahari menyinari permukaan Bumi.

Proses ini menciptakan perbedaan kepadatan udara yang mempengaruhi cara cahaya bergerak melaluinya. Selain itu, udara juga menabrak pegunungan yang membuatnya pecah menjadi banyak arus yang berputar-putar.

Kondisi tersebut menimbulkan pusaran air di atmosfer yang disebut sebagai turbulensi udara. Pusaran-pusaran ini mengubah arah cahaya yang datang dari bintang, sehingga menyebabkan cahaya bintang tampak berkelap-kelip.

Proses ini memperlihatkan distorsi pada cahaya yang masuk ke mata kita, membuat kita melihat bintang yang seharusnya tetap stabil. Akibatnya, cahaya yang dipancarkan dan dipantulkan oleh benda luar angkasa, termasuk bintang, harus menembus lapisan udara yang tidak rata dan membuatnya terlihat berkelap-kelip.

Fenomena ini terutama terlihat pada bintang-bintang yang lebih jauh, yang titik cahaya mereka lebih kecil dan lebih mudah terpengaruh oleh turbulensi atmosfer. Berbeda dengan planet, yang jauh lebih dekat, bintang-bintang akan tampak lebih berkelap-kelip.

Kemudian atmosfer Bumi turut menyebabkan bintang terlihat berkelap-kelip. Atmosfer bertindak seperti lensa yang bergoyang dan tidak stabil.

 

Bias

Cahaya bintang dibiaskan beberapa kali saat melewatinya. Bintang yang tampak dari permukaan Bumi terdistorsi dan efek ini lebih terlihat di atmosfer Bumi yang penuh dengan ketidakteraturan, seperti suhu yang berubah-ubah dan tekanan udara yang tidak merata.

Distorsi inilah yang menyebabkan kita melihat bintang seakan berkelap-kelip. Para astronom kemudian menamai efek tersebut kilau atmosfer yang menggambarkan perubahan kecerahan dan warna bintang oleh ketidakteraturan atmosfer.

Hal itu yang menyebabkan para astronom mencoba untuk meminimalkan efek kilau untuk mengamati benda atau fenomena luar angkasa secara lebih jelas. Pengamatan ini sangat penting, terutama ketika mempelajari objek langit yang lebih jauh dan lebih redup, karena kilau atmosfer dapat mengganggu ketepatan data yang diperoleh.

Iklim juga turut mempengaruhi pemandangan bintang di langit malam. Seseorang yang mengamati bintang dari lokasi dengan cuaca lembap akan melihat lebih banyak bintang yang berkelap-kelip.

Kelembaban tersebut membuat udara menjadi lebih kental sehingga lebih goyah, dan ini akan meningkatkan efek kilau atmosfer. Udara lembap menyebabkan cahaya lebih banyak dibelokkan, menghasilkan distorsi yang lebih kuat.

Oleh karena itu, para astronom memilih tempat yang kering dan tinggi dengan udara yang tipis serta tenang untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Misalnya, observatorium astronomi sering dibangun di pegunungan atau di daerah kering, jauh dari polusi udara dan kelembaban tinggi.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya