Menyikapi serangan bom kimia di Suriah yang disebut-sebut telah menewaskan 1.300 orang, pemerintah Rusia mendesak pemerintah setempat agar mengizinkan tim PBB melakukan penyelidikan.
Tim tersebut berencana menyelidiki adanya penggunaan senjata kimia dalam serangan tersebut.
Seperti dimuat CNN, Jumat (23/8/2013), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menlu AS John Kerry sama telah menyerukan penyelidikan obyektif terkait hal itu.
Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengatakan, pasukan pemberontak harus memastikan staf PBB aman ke lokasi untuk melakukan penyelidikan.
Sementara itu, menurut data dari badan-badan PBB, jumlah anak-anak Suriah yang terpaksa mengungsi akibat kondisi yang mengkhawatirkan telah mencapai 1 juta.
Kelompok oposisi Suriah menuding pemerintahan Presiden Bashar al Assad telah menggunakan roket berisi gas beracun untuk menyerang wilayah pinggiran Damaskus yang dikuasai kelompok oposisi.
Akibatnya, wajah-wajah tak berdosa terbaring di rumah sakit Damaskus setelah roket berisi gas beracun menyasar Kota Ghouta, Tarma, Zamalka, dan Jobar, Rabu dinihari waktu setempat. (Tnt/Yus)
Tim tersebut berencana menyelidiki adanya penggunaan senjata kimia dalam serangan tersebut.
Seperti dimuat CNN, Jumat (23/8/2013), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menlu AS John Kerry sama telah menyerukan penyelidikan obyektif terkait hal itu.
Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengatakan, pasukan pemberontak harus memastikan staf PBB aman ke lokasi untuk melakukan penyelidikan.
Sementara itu, menurut data dari badan-badan PBB, jumlah anak-anak Suriah yang terpaksa mengungsi akibat kondisi yang mengkhawatirkan telah mencapai 1 juta.
Kelompok oposisi Suriah menuding pemerintahan Presiden Bashar al Assad telah menggunakan roket berisi gas beracun untuk menyerang wilayah pinggiran Damaskus yang dikuasai kelompok oposisi.
Akibatnya, wajah-wajah tak berdosa terbaring di rumah sakit Damaskus setelah roket berisi gas beracun menyasar Kota Ghouta, Tarma, Zamalka, dan Jobar, Rabu dinihari waktu setempat. (Tnt/Yus)