Thamsanqa Jantjie membuat heboh gara-gara terjemahan ngawurnya dalam acara perkabungan Nelson Mandela. Padahal, ia bertugas menerjemahkan pidato orang penting sekelas Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam bahasa isyarat untuk penyandang tuna rungu.
Belum selesai skandal ngawurnya itu, belakangan dilaporkan, ia memiliki masa lalu gelap. Menghadapi sejumlah tuduhan kriminal termasuk pembunuhan, percobaan pembunuhan, dan penculikan.
Seperti dilaporkan CNN, Sabtu (14/12/2013), jaringan eNCA mendapatkan dokumen dari sumber kepolisian yang menunjukkan, Thamsanqa Jantjie dinyatakan bersalah dalam kasus pencurian pada 1995. Namun, tak jelas berapa lama ia menghabiskan waktu di penjara karena ulahnya itu.
Dokumen juga menunjukkan, Jantjie didakwa dalam kasus pemerkosaan, pencurian, merusak properti antara tahun 1994 dan 2006. Namun, ia akhirnya dinyatakan tak bersalah atas kasus pemerkosaan dan pembunuhan. Sementara, kasus perusakan properti dan pencurian pada 1996 ditarik.
Saat dikonfirmasi eNCA, Jantjie tak membantah tuduhan-tuduhan yang ia terima di masa lalu. Ia balas mempertanyakan darimana reporter mendapatkan data pribadinya. Pria Afsel itu belum siap memberi pernyataan.
Sementara, National Prosecuting Authority atau Kejaksaan Afsel mengaku belum mendapat informasi terkait dugaan pelanggaran hukum yang pernah dialamatkan ke Jantjie.
Jantjie berdiri beberapa meter dari pejabat dunia, termasuk Presiden Barack Obama, Selasa lalu. Ia sibuk memperagakan serangkaian gerakan tangan yang ternyata sama sekali tak ada artinya.
Bruno Druchen, direktur federasi penyandang tunarungu Afsel (Deaf Federation of South Africa) pun menjulukinya sebagai penerjemah 'palsu'.
"Penyandang tunarungu marah bukan main," kata Druchen said. "Ia tak dikenal oleh komunitas tuna rungu di Afsel juga oleh sesama penerjemah bahasa isyarat," kata dia.
Jantjie tidak menunjukkan ekspresi wajah, yang merupakan kunci dalam bahasa isyarat Afrika Selatan, dan sinyal tangannya sama sekali tak mengandung arti. "Ini penghinaan luar biasa," kata dia.
Di sisi lain, Thamsanqa Jantjie mengaku, saat itu ia mengalami episode skizofrenia -- gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia. Saat itu, pria 34 tahun tersebut mulai 'mendengar suara-suara' dan mulai berhalusinasi. [Baca juga: Ngawur, Penerjemah Acara Mandela Mengaku Kena Gangguan Jiwa] (Ein)
Belum selesai skandal ngawurnya itu, belakangan dilaporkan, ia memiliki masa lalu gelap. Menghadapi sejumlah tuduhan kriminal termasuk pembunuhan, percobaan pembunuhan, dan penculikan.
Seperti dilaporkan CNN, Sabtu (14/12/2013), jaringan eNCA mendapatkan dokumen dari sumber kepolisian yang menunjukkan, Thamsanqa Jantjie dinyatakan bersalah dalam kasus pencurian pada 1995. Namun, tak jelas berapa lama ia menghabiskan waktu di penjara karena ulahnya itu.
Dokumen juga menunjukkan, Jantjie didakwa dalam kasus pemerkosaan, pencurian, merusak properti antara tahun 1994 dan 2006. Namun, ia akhirnya dinyatakan tak bersalah atas kasus pemerkosaan dan pembunuhan. Sementara, kasus perusakan properti dan pencurian pada 1996 ditarik.
Saat dikonfirmasi eNCA, Jantjie tak membantah tuduhan-tuduhan yang ia terima di masa lalu. Ia balas mempertanyakan darimana reporter mendapatkan data pribadinya. Pria Afsel itu belum siap memberi pernyataan.
Sementara, National Prosecuting Authority atau Kejaksaan Afsel mengaku belum mendapat informasi terkait dugaan pelanggaran hukum yang pernah dialamatkan ke Jantjie.
Jantjie berdiri beberapa meter dari pejabat dunia, termasuk Presiden Barack Obama, Selasa lalu. Ia sibuk memperagakan serangkaian gerakan tangan yang ternyata sama sekali tak ada artinya.
Bruno Druchen, direktur federasi penyandang tunarungu Afsel (Deaf Federation of South Africa) pun menjulukinya sebagai penerjemah 'palsu'.
"Penyandang tunarungu marah bukan main," kata Druchen said. "Ia tak dikenal oleh komunitas tuna rungu di Afsel juga oleh sesama penerjemah bahasa isyarat," kata dia.
Jantjie tidak menunjukkan ekspresi wajah, yang merupakan kunci dalam bahasa isyarat Afrika Selatan, dan sinyal tangannya sama sekali tak mengandung arti. "Ini penghinaan luar biasa," kata dia.
Di sisi lain, Thamsanqa Jantjie mengaku, saat itu ia mengalami episode skizofrenia -- gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia. Saat itu, pria 34 tahun tersebut mulai 'mendengar suara-suara' dan mulai berhalusinasi. [Baca juga: Ngawur, Penerjemah Acara Mandela Mengaku Kena Gangguan Jiwa] (Ein)