Berkabut Parah, China Pasang `Matahari` Digital

Kota Beijing, China begitu berkabut. Cahaya alami di kota itu pun berkurang, begitu pula dengan jarak pandang.

oleh Tan diperbarui 17 Jan 2014, 12:50 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2014, 12:50 WIB
matahari-digital-140117b.jpg
Kota Beijing, China begitu berkabut. Cahaya alami di kota itu pun berkurang, begitu pula dengan jarak pandang. Akhirnya, pemerintah pun berinisiatif untuk memasang `matahari` digital guna menerangi masyarakat. Agar punya petunjuk waktu.

Mereka pun berbondong-bondong ke layar televisi digital super besar itu, untuk mengamati matahari terbit virtual.

Dilansir Liputan6.com dari Daily Mail, Jumat (17/1/2014), layar futuristik yang dipasang di Ibukota China biasanya menampilkan iklan tujuan wisata kini memajang gambar berbeda. Karena kondisinya sangat berkabut, akhirnya dipilihlah gambar matahari berwarna oranye itu. Demi memberikan penerangan bagi warganya.

Saking sulitnya melihat matahari, warga pun rela berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka untuk melihat satu-satunya tempat matahari bersinar di kota mereka.

Warga di Beijing menyaksikan jalanan berselimut tebal oleh kabut abu-abu pada hari Kamis 16 Januari, ketika pemantau polusi udara mengeluarkan peringatan kondisi udara dalam kondisi sangat buruk. Atas dasar itu, para orang tua pun diminta untuk tinggal di rumah. Sekolah-sekolah pun diliburkan, hingga kualitas udara membaik.

Kondisi udara yang berbau tajam, membuat banyak penduduk memakai masker wajah ketika mereka bergegas untuk pergi bekerja.

"Aku tidak bisa melihat gedung-gedung tinggi di seberang jalan pagi ini," kata koordinator lalu lintas di persimpangan Beijing sibuk yang mengaku bernama Zhang.

"Kabut asap itu telah memburuk dalam dua sampai tiga tahun terakhir. Saya sering batuk, dan hidung saya meler. Tapi apa yang bisa Anda lakukan? Saya minum lebih banyak air untuk membantu tubuh saya melepaskan racun," tambah Zhang.

Kualitas udara di kota ini semakin memburuk, terutama di musim dingin ketika pola cuaca stagnan berakumulasi dengan peningkatan polusi akibat pembakaran batubara. Kondisi tersebut pun menciptakan periode asap yang semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Menurut data pada Kamis 16 Januari pagi, partikel polusi berada pada tingkat PM2.5, menandai data kandungan polusi di atas 500 mikrogram per meter kubik.

Kepadatan PM2.5 adalah sekitar 350 sampai 500 mikrogram menjelang siang, meskipun udara mulai jelas di sore hari. Namun kadar itu berubah setinggi 671 pada pukul 16.00 di pos pemantauan udara, di Kedutaan Besar AS di Beijing.

Jumlah itu sekitar 26 kali lebih tinggi dari 25 mikrogram yang dianggap aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia, dan merupakan yang tertinggi sejak Januari 2013.

Polusi udara memang hal serius di kebanyakan kota besar China, di mana perlindungan lingkungan telah lama dikorbankan demi pembangunan ekonomi.

Pembakaran batu bara dan emisi kendaraan adalah sumber utama dari polusi. Dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan peraturan terkait hal itu dan berjanji untuk memerangi polusi.

Pemerintah Beijing mengatakan, kabut pada hari Kamis telah mengurangi visibilitas beberapa ratus meter dan bahwa polusi yang parah itu kemungkinan akan berlanjut sampai hari Jumat ini.

Sementara dilansir dari Xinhua, Walikota Beijing berjanji pada hari Kamis, untuk mengurangi penggunaan batu bara sebesar 2,6 juta ton dan menyisihkan 15 miliar yuan untuk meningkatkan kualitas udara tahun ini sebagai bagian untuk mengatasi polusi udara. (Tnt/Ein)

Baca juga:

Misteri... Horor Saat Sungai dan Danau Berubah Jadi `Kolam Darah`
Kabut Tebal Selimuti Harbin, Sekolah dan Jalan Ditutup
Mobil Murah, Sang Predator Jelang Tahun Politik

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya