Sejauh Mana Publik Boleh Tahu Kehidupan Pribadi Para Capres?

Jangan sampai apa yang mereka perlihatkan pada khalayak saat ini, hanya topeng yang menutupi wajah asli sebenarnya.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 10 Jun 2014, 10:30 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2014, 10:30 WIB
Ilustrasi Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta
Ilustrasi Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Sebagai calon pemimpin negeri sudah sepatutnya kedua calon presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto (62) dan Joko Widodo (53) untuk lebih terbuka dan memperlihatkan jati diri sebenarnya. Jangan sampai apa yang mereka perlihatkan pada khalayak saat ini, hanya topeng yang menutupi wajah asli sebenarnya.

Memang, setiap individu di muka bumi ini memiliki sejarah hidup atau masa lalu yang mungkin tidak ingin diketahui oleh orang lain. Pun dengan kedua sosok yang disegani ini. Tapi, sebagai orang yang akan memimpin bangsa ini, ada tuntutan dari masyarakat untuk mengetahui apa yang pernah terjadi oleh keduanya di masa lalu.

Psikolog Klinis sekaligus pemilik Kasandra Associates, Kasandra Putranto mengatakan, masyarakat sudah sepatutnya mengetahui seperti apa rekam jejak dari kedua sosok ini. Layaknya saat memilih orang yang akan dipekerjakan di rumah sendiri, apa mau kita mempekerjakan orang yang memiliki rekam jejak buruk di masa lalu?

"Misalnya kita mau mencari pengasuh buat anak. Pastinya kita melihat rekam jejaknya, dong. Apa iya kita mau kalau calon pengasuh anak kita adalah mantan narapidana yang pernah terlibat terhadap kekerasan anak?," kata Kasandra saat berbincang dengan Health Liputan6.com, ditulis Selasa (10/6/2014)

Menurut Kasandra, selama rekam jejak yang diketahui oleh masyarakat adalah fakta, itu tidak menjadi masalah. "Yang repot itu kalau sudah fitnah menyebar. Seharusnya, fitnah-fitnah itu sudah tidak ada lagi," kata Kasandra menambahkan.

Lebih lanjut wanita berambut panjang ini menuturkan, masyarakat pun harus mulai terbuka kalau dulu sosok Prabowo adalah orang yang pernah hidup di lingkaran pemilik Orde Baru (Orba). Selain itu, pemilik nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo ini juga pernah diberhentikan dari jabatannya di kemiliteran.

"Kalau memang rekam jejaknya Pak Prabowo ini bagus, tentunya posisi dia sekarang  sudah setara dengan Wiranto atau SBY. Ini kan fakta, semua orang sudah mengetahuinya," kata Kasandra.

Untuk Joko Widodo yang selama ini dianggap `boneka` dan digerakkan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati, kalau memang itu fakta, ya tidak masalah. Sebagai masyarakat, kita harus fair dalam menyikapi hal-hal seperti ini.

"Masa lalu atau rekam jejak itu penting. Sangat penting. Asalkan itu fakta, silakan saja," kata Kasandra lagi.

Bila melihat kampanye yang dilakukan oleh kedua kubu, Kasandra justru menyayangkan sikap yang diperlihatkan oleh tim sukses dan simpatisannya. Yang mana, keduanya berusaha untuk menjatuhkan lawan dengan mempertontonkan aib yang sebenarnya itu tidak perlu dilakukan.

Misalnya saja dari kubu Prabowo selalu menyinggung soal tubuh Jokowi yang kurus dan tampang mantan Gubernur DKI Jakarta ini yang tidak setampan atau segagah Prabowo. "Memang kurus, jelek, dan dulunya miskin itu dosa? Tidak, kan? Mengapa harus itu yang disinggung?," kata Kasandra geram.

Lagipula, lanjut Kasandra, Prabowo memang pernah memiliki wajah tampan yang bersahaja dan keren, tapi itu dulu.

"Prabowo ganteng seperti Al-Ghazali? Memang benar, tapi itu dulu. Sekarang, Pak Prabowo kan gendut, jauh dari tampang si Al," kata Kasandra lagi.

Pun dari kubu Jokowi, tak sepantasnya untuk menyinggung soal kesendirian Prabowo yang sampai detik ini belum memiliki pasangan. "Prabowo tidak memiliki istri itu memang fakta, tapi tidak usahlah itu disebut-sebut. Itu namanya melecehkan," kata Kasandra.

Kasandra pun berpesan, jangan sampai tim sukses dan simpatisan dari kedua kubu justru menyipratkan ludah ke muka sendiri.

"Kubu si A menjelekkan si B, nanti sebaliknya kubu si B akan membuka kejelekan si A," kata Kasandra menjelaskan.

Seperti yang diketahui, salah satu dari kedua kubu kerap membawa Islam di dalam kampanyenya. Apa pantas, seseorang yang selalu membawa-bawa agama Islam di setiap kampanyenya, harus membuka aib lawannya?

"Kemarin sempat heboh kalau Jokowi itu Cina. Yang menciptakan ini kan kubu lawannya. Itu sama kubu lawan menciptakan aibnya sendiri," kata Kasandra.

Sebagai orang yang tidak memihak salah satu dari kedua calon presiden itu, Kasandra menjelaskan, kalau kampanye yang dilakukan oleh kedua kubu adalah salah. Janganlah selalu membawa-bawa agama di setiap kampanyenya, karena Indonesia terdiri dari beragam agama yang hidup saling berdampingan.

"Selama ini membawa-bawa Islam. Islam itu penuh kasih. Apa selama kampanye mereka penuh kasih? Tidak. Ini sebenarnya mau mencari presiden atau mau MTQ, sih. Yang seperti ini memang disayangkan. Hati-hati, jangan sampai mencoreng muka sendiri," kata Kasandra.

Contoh lain dari kampanye yang kerap dilontarkan salah satu kubu adalah soal pemimpin yang harus jantan dan perkasa. Menurut Kasandra, apa tepat jika yang disebut jantan itu harus terlihat selalu galak?

Sebagai orang yang memiliki kendali terhadap tim sukses dan simpatisannya, baik Jokowi maupun Prabowo diminta untuk lebih tegas dalam mengendalikannya. "Bila tim sukses tidak dapat dikendalikan, bagaimana mau mengendalikan rakyat?," kata Kasandra.

Menurut Kasandra, daripada kedua kubu sibuk membongkar borok lawannya, lebih baik untuk saling debat program dan yakinkan masyarakat Indonesia dengan rencana-rencana yang akan dilakukan. Cara seperti itu dinilai akan membuat jiwa masyarakatnya sehat, ketimbang mempertontonkan aib.

"Secara profil, keduanya ini tokoh fenomenal. Yang satu memang belum pernah memimpin suatu kota, tapi kan dia pernah menjadi pemimpin juga. Ya, lebih baik debat program saja, daripada saling bongkar aib," kata Kasandra.

"Pokoknya harus rekam jejak yang baik, biar berimbang, dan jiwa masyarakatnya pun jadinya sehat," kata Kasandra.

Agar saat Pemilu mendatang masyarakat tidak salah dalam memilih, kedua tim sukses dan simpatisan harus menyajikan data-data yang faktual dan bukan rekayasa. Selain itu, tim sukses dan simpatisan pun tidak boleh saling menebar teror, karena pada akhirnya akan menjelekkan dirinya sendiri.

"Aduh, jangan tebar-tebar teror, deh. Ini yang bikin jiwa masyarakatnya tidak sehat. Jaga perdamaian saja. Tim sukses ini harus bisa menjaga nama baik calon presidennya, karena ketika melakukan pelecehan, sewaktu saat dia juga akan dilecehkan," kata Kasandra menjelaskan.

"Menurut saya lagi, siapa pun Presidennya, ya harus mampu melakukan perubahan untuk Indonesia. Urusan negeri ini harus beres," kata Kasandra menekankan.

Sebagai calon Presiden, kata Kasandra, ada beberapa hal pribadi yang harus diketahui oleh masyarakat, yaitu tentang status pernikahannya, istri, anak, dan prestasi dari istri dan anak-anaknya.

Jadi capres jangan marah dulu, kalau semua urusan pribadinya ingin diketahui publik. Karena sebagai Presiden, dia adalah pemimpin rakyat yang mengemban amanah rakyat. Sepanjang urusan pribadi itu fakta dan fair, menurut Kasandra wajar-wajar saja kalau publik ingin tahu. (Adt/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya