Fajar Pilih CAPD untuk Obati Gagal Ginjal Ketimbang Hemodialisa

Ada cara lain bagi penderita gagal ginjal agar tetap sehat seperti Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau disebut cuci perut.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 08 Agu 2014, 17:04 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2014, 17:04 WIB
Hemodialisa Menyakitkan, Fajar Pilih CAPD
CAPD ini juga yang diterapkan Fajar Sidiq Purnomo

Liputan6.com, Jakarta Hemodialisis (HD) atau yang lebih sering disebut dengan cuci darah, merupakan cara penanganan yang paling banyak dilakukan oleh pasien gagal ginjal di Indonesia. Padahal ada cara lain bagi penderita gagal ginjal agar tetap sehat seperti Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau sering disebut cuci perut.

CAPD ini juga yang diterapkan Fajar Sidiq Purnomo atau akrab disapa Gono (24). Ia telah mengidap gagal ginjal sekitar 3 tahun lalu atau pada 2011. Saat itu, tidak ada yang menyangka kalau pria kelahiran Bandung ini menderita gagal ginjal sebab ia hanya merasa sesak napas di malam hari yang membuatnya susah tidur.

"Kalau malem itu sesak napas, saya pikir ada asma. Tidur susah, duduk juga miring. Tapi anehnya, sesak ini hanya berlangsung di malam hari. Kalau pagi serasa segar dan bisa beraktivitas seperti biasa," kata pria yang baru menyelesaikan buku pertamanya, Dyingboydiary saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (8/8/2014).

Beberapa hari mengalami hal tersebut, kata Gono, kejanggalan lainnya muncul. Seperti misalnya sulitnya buang air kecil dan kesehatannya terus menurun. "Kalau buang air kecil bisa 2 hari. Rada susah jadi sering sakit," katanya.

Hingga suatu hari, keluarga akhirnya membawa Gono ke RS untuk melakukan pemeriksaan. Ketika itu, Gono divonis memiliki masalah pembengkakan jantung dengan hasil laboratorium ureum kreatinin yang tinggi.

"Sempat di rontgen, kata dokter jantung saya bengkak. Tapi saya dibawa ke RS Boromeus dan hasil laboratorium ternyata gagal ginjal. Ureum kreatinin atau ampas makanan dari feses dan urine itu sangat tinggi banget," jelasnya.

Kala itu, dokter menganjurkan Gono untuk langsung cuci darah. Dokter mengatakan, tidak ada cara lain bagi Gono untuk hidup selain melakukan hemodialisa. Tanpa pikir panjang, Gono pun bersedia cuci darah untuk pertama kalinya. Namun setelah tes laboratorium, pemeriksaan ureum kreatininnya tak kunjung membaik, malah cenderung semakin tinggi. Dokter pun meminta Gono untuk melakukan USG dengan tujuan melihat kondisi ginjalnya.

"Waktu itu baru dikasi tahu kalau saya gagal ginjal. Kata dokter ginjal saya kecil akibat pola hidup yang nggak bener. Emang si, waktu kecil sering makan mi instan dan mungkin banyak konsumsi pengawet," ungkapnya.

Pengalaman hemodialisa

Pengalaman hemodialisa

Bagi penderita gagal ginjal seperti Gono, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal.

Melihat harapan besar dari orangtua bagi Gono untuk tetap hidup, akhirnya ia melakukan hemodialisa seminggu tiga kali. Gono pun bercerita pengalamannya saat melakukan hemodialisa.

"Kamu tahu, cuci darah itu seperti membersihkan darah kita yang masuk ke dalam mesin. Masalahnya, jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah itu bukan cuma satu tapi banyak. Jarum suntiknya itu sebesar jari kelingking. Dan proses ini juga bisa diulang karena beberapa hal seperti pembuluh darah yang tidak sesuai dan sebagainya. Jarum yang disuntik itu ditempatkan di lengan dan selangkangan. Jadi bisa dibayangkan sakitnya jarum yang masuh ke tubuh," ungkapnya.

Ditambah lagi, setelah cuci darah, penderita gagal ginjal itu harus tidur selama 3-4 jam agar darah yang telah dibersihkan bisa masuk sempurna. Mungkin inilah, kata Gono, yang membuat penderita gagal ginjal lain merasa depresi.

"Melakukan cuci darah selama beberapa kali membuat saya tidak memiliki stamina kayak dulu lagi. Naik turun tangga sedikit saja capek. Susah kalau mau beraktivitas kayak dulu lagi. Belum lagi ada banyak hal yang dipantang seperti tak boleh makan sayur, jangan minum berlebihan dan sebagainya," ucap Gono.

Optimistis dan Ingin Sehat

Optimistis dan Ingin Sehat

Bukan hal yang mudah bagi Gono untuk mengubah kebiasaan hidup lebih sehat. Kondisi fisiknya yang semakin hari semakin lemah membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup. Sampai seorang wanita memikat hatinya.

"Sempat berobat ke banyak alternatif, mulai dari minum sari teripang sampai terapi ke Cibaduyut. Semua demi sembuh. Tapi alternatif tak banyak memberikan hasil. Sampai akhirnya saya punya pacar. Dia lah yang bikin saya semangat lagi untuk menjalani aktivitas. Dokter pun sampai kaget melihat antusias saya untuk sembuh. Saya pun akhirnya hanya melakukan hemodialisa seminggu dua kali, tepatnya setiap hari Senin dan Kamis," katanya.

Saat itu, Gono merasa sangat sehat dan ingin bekerja seperti orang lainnya. Tapi sayangnya, kondisi ini tidak berlangsung lama. Perbedaan agama membuat pasangan ini harus putus dan Gono kembali terpuruk.

"Usai putus, depresi. Mulai banyak tuh pertanyaan aneh gara-gara itu. Pikiran negatif muncul, semangat untuk sehat kembali rasanya percuma. Tangan pun sempat mati rasa. Badan kembali drop dan rasa sesak kali ini muncul lebih sering setiap kali ingin tidur. Berat badan turun dari 55 kilogram turun menjadi 49 kilogram," ujarnya.

Sempat pingsan dan dibawa ke RS Advent. Gono bertemu 4 orang di dalam kamar rawatnya. Di situ ia melihat keempat pasien begitu semangat untuk hidup. Satu pembelajaran katanya, di sana ada kakek-kakek yang semangat hidupnya tinggi. Ia pun merasa tidak ingin kalah darinya. Dari situ, Gono menjadi optimistis kembali untuk sehat.

Mulai melakukan CAPD


Mulai melakukan CAPD

Selepas hemodialisa, Gono mencoba menggali lebih dalam informasi tentang pegobatan gagal ginjal. Menurut dokter spesialis penyakit dalam di RS Hasan Sadikin, dr Ria ada cara lain bagi Gono untuk tetap sehat yakni dengan cara CAPD atau dialisis mandiri. CAPD bisa dilakukan sendiri.

Bedanya dengan cuci darah, kata Gono, kalau cuci darah itu membuat darah bersih tapi nutrisi makanan yang dikonsumsi olehnya ikut hilang. Sedangkan dengan CAPD ini, ia masih bisa mendapatkan nutrisi dari makanan yang dikonsumsinya.

"Penyerapan nutrisi pada orang seperti saya kan nggak sama kayak orang sehat. Dengan hemodialisa, apa-apa yang kita makan hilang. Padahal sebelum cuci darah kita harus makan gizi seimbang, nggak boleh terlalu banyak mengonsumsi kalium, buah dan sayur. Atau saya kejang-kejang," ungkapnya.

CAPD dijelaskan Gono merupakan pemasangan selang di perut. Selang itu akan dihubungkan ke sebuah kantong yang mengalirkan cairan dextrose. Cairan inilah yang berfungsi untuk menarik racun dari dalam tubuh.

"Ganti cairan itu mesti 4 kali sehari, biasanya pukul 5 subuh, 12 siang, 5 sore, dan 10 malem. Sedangkan selang harus diganti setiap 6 bulan sekali. Cara ini lebih mudah dibanding hemodialisa," jelasnya. 

Gono menambahkan dengan CAPD, beban biaya juga lebih sedikit dibanding hemodialisa. Belum lagi, ia menjadi peserta BPJS dan biayanya ditanggung semua.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya