Yang Menghambat Orang Indonesia untuk Sehat

Sejumlah masyarakat Indonesia masih mempercayai berbagai mitos budaya mengenai pola makan yang diajarkan ke anaknya

oleh Fitri Syarifah diperbarui 01 Sep 2014, 19:30 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2014, 19:30 WIB
Makanan cepat saji
Lezatnya makanan di atas, ternyata bisa redam nafsu makan makanan sehat(Foto:desktopaper.com)

Liputan6.com, Jakarta Pemenuhan gizi seimbang bukan hal yang mudah diterapkan di Tanah Air. Pasalnya, sejumlah masyarakat Indonesia masih mempercayai berbagai mitos budaya mengenai pola makan yang diajarkan ke anaknya. Inilah yang menghambat orang Indonesia untuk sehat.

Seperti disampaikan staf khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dr Pinky Saptandari, MA bahwa di Indonesia masih banyak kepercayaan, kebiasaan pola makan yang salah namun melekat bagi masyarakat seperti misalnya:

Mitos

1. Program pemberian garam beryodium tidak efektif karena pola pengelolaan masakan yang salah, atau kebiasaan penggunaan garam krosok (Blitar, Pati).

2. Bayi diberi makan nasi yang terlebih dahulu dikunyah oleh yang memberi makan, yaitu ibu dan nenek (Nusa Tenggara Barat).

3. Olahan nasi dan pisang dihaluskan dan diberikan ke bayi secara didublak (dipaksa--bayi dipangku dan makanan dimasukkan paksa menggunakan dua jari. Bayi dibiarkan tersedak karena kepercayaan agar bayi kuat) di Madura.

4. Ikan tidak diberikan kepada ibu hamil karena akan membuat bayi berbau amis.

5. Sayur sisa dihangatkan dan dicampur dengan sisa sayur lain menjadi menu baru (Jawa).

Kebiasaan makan

Masalah-masalah tersebut, kata Pinky, sering dianggap budaya yang merupakan bagian dari kebiasaan pemberiam makan anak secara turun menurun serta pola asuh keluarga dan komunitas.

"Permasalahan gizi belum dilihat secara holistik sebagai permasalahan multi dimensi lantaran keluarga dan budaya juga berkontribusi" kata Pinky di sela-sela peringatan hari ulang tahun Sarihusada ke 60 dalam seminar Nutritalk 'Dukungan Budaya dan Keluarga dalam Pemenuhan Gizi Ibu dan Anak' di Yogyakarta, ditulis Senin (1/9/2014).

Maka itu, Pinky melanjutkan, perlu adanya peran ibu, nenek dan keluarga dalam menerapkan kebiasaan makan yang tepat. Sejauh ini pemenuhan gizi dapat dilihat dari menu gizi seimbang agar faktor budaya tidak lagi jadi penghambat orang Indonesia untuk sehat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya