Liputan6.com, Jakarta Pasien dengan kondisi celah bibir dan langit-langit (CBL) masih hidup dengan stigma buruk dari masyarakat. Olokan serta cacian masih sering diterima orang dengan kondisi ini ketika bersosialisasi dengan orang lain.
Bahkan di televisi, entah disadari atau tidak oleh para pekerja seninya, kondisi dengan suara yang terdengar sengau dijadikan 'senjata' untuk memancing gelak tawa para penonton yang menyaksikannya.
Diakui mantan orang dengan kondisi CBL, Nidhal Syarifa (28) bahwa stigma dan pandangan miring terhadap orang yang memiliki kondisi sama seperti dirinya tidak hanya berasal dari orang yang berada di luar lingkungannya, melainkan juga berasal dari orangtua sendiri. Tidak sedikit orangtua yang belum mampu menerima kenyataan bahwa anak yang lahir dari rahimnya memiliki kondisi seperti itu.
"Sama seperti autisme, masih ada orangtua yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya lahir dengan kondisi seperti ini," kata Nidal kepada Health-Liputan6.com di Bandung, ditulis pada Senin (8/9/2014)
Nidhal yang telah lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (FKG-UNPAD) dan tengah bertugas di Puskesmas Tangkit, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi sebagai dokter gigi PTT Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan, meski kondisi mereka seperti itu, sebenarnya mereka memiliki otak yang sama seperti orang pada umumnya. "Pembedanya, kami ini ada bekas operasi di mulut," kata dia menambahkan.
Hal senada pun diungkapkan Kepala SMF Bedah Mulut Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat, Asri Arumsari, drg, SPBM. Di mana stigma akan pasien dengan CBL masih sangatlah tinggi. Bahkan, kata dia, kondisi CBL dijadikan simbol kebodohan di Bali.
"Saat itu saya jalan ke Bali dan menemukan adanya topeng dengan kondisi CBL ini. Saya penasaran apa makna dari topeng itu, saya tanya, dan mereka menjawab bahwa itu simbol kebodohan," kata dia.
"Saya sedih mendengarnya," kata Asri menambahkan.
Tampaknya, apa yang dikatakan oleh Wakil dari Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit (YPPCBL), Dr. Armyn Firman, SpA (K) adalah benar. Di mana operasi bukan satu-satunya jalan keluar dari masalah kondisi CBL, tanpa ada `bantuan` dari masyarakat yang mau menerima kehadiran pasien dengan CBL tanpa memandang sinis apa kondisi mereka.
"Memang operasi tidak cukup, tapi masalah medis, psikologis, dan sosial terus mengikuti sepanjang tumbuh kembang si pasien," kata Armyn.
"Di sini peran masyarakat sangat penting dalam meraih kehidupan sosial yang normal bagi pasien CBL," kata dia menambahkan.
Stigma Negatif Masih Dirasakan Pasien Bibir Sumbing
Pasien dengan kondisi celah bibir dan langit-langit (CBL) masih hidup dengan stigma buruk dari masyarakat
diperbarui 08 Sep 2014, 16:00 WIBDiterbitkan 08 Sep 2014, 16:00 WIB
Pasien dengan kondisi celah bibir dan langit-langit (CBL) masih hidup dengan stigma buruk dari masyarakat
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Harga Minyak Anjlok 3% Pekan Ini
GATF 2024 Digelar 3 Hari di Jakarta, Benarkah Harga Promo Tiket Pesawatnya Menjanjikan?
Cara Menghilangkan Lendir di Tenggorokan: Panduan Lengkap dan Efektif
Infografis Peta Politik dan Parpol Pemenang di 9 Provinsi Barometer Pilkada Serentak 2024
Kala Putin Akui Trump Cerdas dan Solutif
Leukemia Adalah Kanker Darah: Pahami Gejala, Penyebab, dan Penanganannya
Linkin Park Bakal Gelar Konser Tur di Jakarta 2025, Jadwal Penjualan Tiket Dibagi 3 Sesi
Wall Street Perkasa, Dow Jones Melonjak 200 Poin dan S&P 500 Cetak Rekor
AMI Awards 2024 Perayaan Musik Generasi Baru dengan 62 Kategori Penghargaan
Simak Kumpulan Hoaks Catut Nama Kementan, Jangan Mudah Percaya
Liverpool Siapkan Tawaran Besar untuk Incaran Lama Manchester United
Indonesia Darurat Melawan Judi Online, Perang Besar Harus Dilakukan Segenap Masyarakat