Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi antropologi baru dari Georgia State University mengklaim bahwa diet Paleolitik sebenarnya tidak mewakili bagaimana orang-orang purba makan.
Seperti dikutip Bussinesinsider, Sabtu (27/12/2014), penulis studi, Dr Ken Sayers mengatakan, bukti bahwa diet ini mengacu pada manusia zaman purba sangat kurang. Karena pada masa itu, mereka juga omnivora dan memakan daging babi atau beruang.
Artinya, diet mereka bervariasi berdasarkan lokasi dan apa yang benar-benar ada ketika itu untuk dimakan. Seperti misalnya, mereka yang dekat utara mungkin hidup dengan diet hewani, sedangkan orang-orang dekat khatulistiwa diet nabati.
Selain itu, manusia purba juga tidak peduli berapa persen energi yang bersumber dari protein, lemak, dan karbohidrat. Belum lagi, rentang hidup manusia purba yang jauh lebih pendek dari rentang hidup manusia hari ini. Hal ini akhirnya membuat para peneliti bertanya-tanya apakah diet Paleolitik benar-benar memiliki manfaat kesehatan.
"Perbedaan yang paling mendasar antara diet Paleo modern dan diet orang purba adalah mereka mencoba makan apapun yang bisa dimakan untuk bertahan hidup dan bereproduksi," ungkap peneliti.
Advertisement