Liputan6.com, Jakarta - Penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, ginjal, bahkan obesitas kerap dikaitkan dengan peredaran minuman berkarbonasi atau gas CO2 yang begitu marak belakangan ini. Akibatnya, sejumlah minuman yang disebut mengandung gas CO2 selalu menuai kontroversi.
Perhimpungan Nefrologi Indonesia, Dr. dr. Lucky Aziza Bawazier, Sp.PD-KGH berpendapat bahwa kondisi PTM muncul sebagai kondisi yang kompleks, di mana penyebabnya begitu multifaktor. Dengan kata lain, tidak bisa begitu saja dikaitkan dengan satu penyebab tunggal. Apalagi bila pola asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh tidak diimbangi dengan gaya hidup yang aktif.
"Contohnya saja kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal terjadi akibat berbagai faktor, faktor sederhana seperti kurang minum, sering menahan buang air kecil, hingga mengonsumsi obat pun dapat menjadi pemicu kerusakan ginjal. Jadi, kondisinya kompleks dan tidak bisa dikatakan disebabkan oleh faktor tunggal," kata Lucky ditulis Health-Liputan6.com pada Selasa (3/2/2015).
Profesor Made Astawan, Pakar Teknologi Pangan dan Gizi, mengatakan yang membedakan minuman bersoda dengan minuman ringan lainnya adalah terdapat gas CO2 atau karbondioksida di dalamnya.
Hasil kajian dari Join Expert Committee on Food Additives telah menetapkan bahwa level Acceptable Daily Intake (ADI) untuk CO2 adalah 'not specified'.
"Artinya, tidak ada kekhawatiran risiko mengenai penambahan CO2 ke dalam minuman," kata Made.
Lebih lanjut Made, mengatakan, Badan POM telah menetapkan bahwa CO2 merupakan bahwan pengkarbonasi yang diizinkan penggunaannya pada produk pangan, yaitu untuk membentuk karbonasi pada produk minuman. "Jadi, tidak perlu dikhawatirkan," kata Made menekankan.
Made mengingatkan agar konsumen seharusnya lebih memerhatikan muatan kalori dari semua makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sebab tanpa disadari, banyak makanan dna minuman lain yang porsinya justru lebih banyak dibandingkan satu porsi minuman bersoda.
Stroke? Jangan Buru-buru Salahkan Minuman Bersoda
Apakah minuman soda dapat dijadikan faktor tunggal terjadinya stroke?
Diperbarui 04 Feb 2015, 12:30 WIBDiterbitkan 04 Feb 2015, 12:30 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Sambal Colo-colo Khas Maluku yang Sedap, Begini Cara Membuatnya
Investasi Sukuk ST014 Mulai Rp 1 Juta, Intip Kelebihannya
Detik-Detik Mentan Amran Ciduk Volume Minyakita Disunat, Tak Penuh 1 Liter
BI Tasikmalaya Sediakan Penukaran Uang Tunai hingga Rp1,8 Triliun, Cek Lokasi Penukarannya
Aksi Saling Kebut BMW Vs Fortuner di Medan Berujung Maut, Seorang Wanita Tewas
Cara Melestarikan Kearifan Lokal di Era Modern: Strategi dan Manfaatnya
Mengenal Jellybean, Kucing di Kuil China yang Diyakini Bisa Membawa Keberuntungan
Dukung Wirausaha Lokal, LamiPak Gelar Pelatihan Teknisi AC untuk Warga Desa
6 Hoaks yang Beredar Sepekan, dari Aksi Hewan sampai Pembagian Hadiah
Koleksi Ramadan Kontemporer Berkelanjutan, Kolaborasi Sapto Dojokartiko dan Pillar
Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Sekolah Rakyat Butuh 60 Ribu Guru
7 Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan Selain Lailatul Qadar