Saat Pertama Kali Aku Bercakap-Cakap dengan Malaikat Mikael

Pertemuan pertama disertai percakapan yang agak panjang terjadi pada awal tahun ini (2015), tepatnya di Bulan Februari

oleh Liputan6 diperbarui 29 Mei 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2015, 18:00 WIB
Saat Pertama Kali Aku Bercakap-Cakap dengan Malaikat Mikael
Pertemuan pertama disertai percakapan yang agak panjang terjadi pada awal tahun ini (2015), tepatnya di Bulan Februari

Liputan6.com, Jakarta Pertemuan pertama disertai percakapan yang agak panjang terjadi pada awal tahun ini (2015), tepatnya di Bulan Februari. Waktu itu, kawanku, sebut saja D, sedang kuhipnosis untuk mencari tahu siapa dia di masa lalu dan bagaimana hidupnya di masa depannya.

Seperti biasa, aku selalu menawarkan kesempatan bagi klien untuk bertemu dengan pelindungnya. Kali ini, D langsung melihat siapa pelindungnya. Bila sebelumnya kebanyakan klien hanya bisa melihat nenek moyangnya, saat itu, D dengan bungahnya bertatap muka dengan malaikat, pelindung yang mendampinginya dari bayi hingga kini.

"Ada banyak malaikat di belakangku, tapi ada satu malaikat yang sangat besar di depanku. Sayapnya membentang besar dengan cahayanya yang putih menyilaukan,"ujar D. Hanya sayap yang bisa dilihat D, sisanya cahaya putih yang bersinar terang.

"Kalau dilihat dari sayapnya, ukuran malaikat bisa jadi sepuluh kali manusia,"ujar D. Ya, yang paling besar itu adalah Malaikat Mikael, katanya.

Mendengar namanya, sejenak jantung melaju cepat dan bulu kuduk berdiri. Aku diliputi rasa bahagia. Dalam hati, aku bersyukur bisa bertemu dengan pemimpin para malaikat agung (archangel) ini. Ada banyak pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari benakku.

Sedikit ragu aku coba sampaikan apakah boleh bertanya beberapa hal. "Ya," Mikael pun mengiyakan. Lalu aku pun bertanya banyak hal. Beberapa yang masih kuingat terkait denganku sendiri, aku bertanya kapan aku mati.

Tak disangka Mikael menjawab,"Umur 74 karena penyakit dalam,"ujar Mikael. Dan dia pun menjelaskan ada masalah lever dan paru-paru yang bakal kuderita. Namun rupanya rasa puasku belum terpenuhi soal usia ini. Aku bertanya lagi,"apakah aku bisa berumur lebih panjang lagi."

Lagi-lagi aku dibuatnya kaget. "Bisa, 120 tahun,"ujar Mikael. Lalu dia memberi syarat agar aku selalu makan sayur dan buah, minum vitamin dan susu, rutin berolahraga setiap hari, dan jangan terlalu berpikir berat tentang pekerjaan.

Percakapan dengan Mikael memanjang lantaran banyak hal ingin kuketahui. Mikael menyarankan agar aku senantiasa menemani istriku dan melakukan segala kegiatan bersama-sama seperti makan, baca buku, nonton film, olahraga, dan diskusi.

Rupanya pesan Mikael ini nyambung dengan yang kualami saat kuhipnosis istriku di momen sebelumnya, pengalaman pertama aku menghipnosis dia. Dalam sesi itu, aku diberitahu bahwa selama ini dia kesepian, karena itu dia sakit. Hanya aku yang bisa menyembuhkannya.

Past Life Regression atau memori masa lalunya membawaku pada satu masa ketika istriku pernah menjadi malaikat. Saat menghipnosis itu aku belum tahu, hanya menerka dan menebak dari jawaban yang keluar dari mulut istriku yang saat itu sudah dimasuki oleh sosok yang pernah menjadi dirinya di masa lampau.

"Kamu manusia atau burung,?"tanyaku karena sebelumnya mengatakan sedang melayang di awan-awan.

Jawabannya justru tidak mengenakkan. "Kamu tidak perlu tahu siapa aku,"katanya.

Lantas aku bertanya lagi,"Apa yang kamu kerjakan,?"

Dia pun menjawab,"Aku mendatangi setiap orang,"katanya.

Aku bertanya lagi,"Buat apa?"

"Menyembuhkan sakit."ujarnya

"Sakit apa?" tanyaku.

"Di sini,"katanya sambil menunjukk dada.

Aku mengira itu sakit hati seperti sebaris lagu yang lagi populer sekarang. "Sakitnya tuh di sini."

Lalu, dia yang sudah merasuki istriku memegang perut istriku (tempat bekas operasi) dan mengusap- usapnya. Sementara aku bertanya,"Anda tahu siapa saya."

Dia (istriku) pun menengok ke mukaku meski mata terpejam sambil tangan istriku meraba-raba wajahku, seolah sedang melakukan pemindaian. Saat itu aku terkejut dengan apa yang dikatakannya kala dia berkata,"Kamu yang menyebabkan dia sakit. Namun, hanya kamu yang bisa menyembuhkannya."ujarnya.

Sebelum menjawab pertanyaanku, sakit apa dan kenapa, tangan istriku yang tadinya bergerak langsung lunglai, dan sosok itu sudah tidak ada lagi.

Kembali ke D. Saat kutanya pada Malaikat Mikael tentang siapa istriku di masa lampau, Mikael membenarkan apa yang terjadi pada sesi hipnosis kala itu. "Ya, dia dulu adalah seorang malaikat, namanya Caroline,"ujar Mikael.

Aku juga diingatkan oleh Mikael agar banyak berdoa dan bersedekah serta memberi perhatian terutama untuk anak-anak. "Banyak anak yang telantar,"ujar Mikael.

Pikirku, pantas dari dulu aku ingin berbuat yang lebih untuk anak-anak panti asuhan meski belum kesampaian. Dan saat aku mengajar anak-anak di Ungaran puluhan tahun lampau, mereka begitu dekat denganku. Demikian ketika pindah ke Jakarta, banyak anak yang senang dengan kehadiranku. Atau dengan kata lain, aku gampang disukai anak-anak.

Sebelum mengucapkan terima kasih atas kedatangannya, Mikael memberi tahu bahwa aku bisa selalu komunikasi dengannya dan Malaikat Gabriel yang menjadi pamomongku selama ini. "Asal kamu banyak berdoa dan bersedekah, malaikat akan mau datang padamu. Kamu juga harus satukan antara pikiran, hati dan perbuatan,"ujarnya.

Momen selanjutnya, kegembiraan yang luar biasa sekaligus bingung bercampur rasa tidak percaya bergejolak di hatiku. Tidak pernah membayangkan aku bakal bertemu dengan malaikat meski aku menginginkannya. Dalam hati, aku bersyukur karenanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya