Menemani Anak dalam Pengembangan Minat dan Bakatnya

Minat dan bakat seseorang yang menjadi salah satu kunci kesejahteraan hidupnya tidak hanya terungkapkan saat dia bekerja

oleh Liputan6 diperbarui 21 Sep 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2015, 18:00 WIB
Bahaya Bila Ortu Membiarkan Begitu Saja Anak Pegang Gadget
Lahir di era 90-an ke bawah dan terpapar teknologi membuat generasi sekarang lebih akrab menggunakan "gadget" daripada orang tua mereka.

Liputan6.com, Jakarta Ada dua istilah yang sering didengar dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan anak yakni minat dan bakat. Keduanya sering disalahartikan. Minat merujuk pada preferensi seseorang mengenai hal-hal yang disukainya. Misalnya ada orang yang suka bekerja di luar ruangan namun sebagian lain ada yang lebih suka bekerja di dalam ruangan. Ada yang suka bekerja dengan manusia lain namun ada yang lebih menikmati mengotak-atik mesin.

Sementara itu, bakat berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang di area tertentu. Ada orang yang lebih mampu bekerja dengan angka sedangkan yang lain memiliki kemampuan yang baik dalam bahasa. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa baik minat dan bakat mengarahkan seseorang pada suatu aktivitas tertentu. Perbedaannya, minat lebih didasarkan pada kesukaan sedangkan bakat didasarkan pada kemampuan.

Akan sangat ideal jika keduanya mengarah pada satu aktivitas yang sama. Misalnya seseorang yang memiliki minat bekerja bersama orang lain sekaligus berbakat menjadi seorang negosiator. Sebaliknya akan ada masalah jika seseorang berminat pada satu hal namun tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukannya. Demikian juga jika dia berbakat untuk melakukan sesuatu namun sebenarnya dia tidak memiliki minat terhadap hal tersebut.

Bekerja

Salah satu aktivitas yang terkait dengan penerapan minat dan bakat adalah bekerja. Bekerja adalah aktivitas yang menyita sebagian besar waktu individu yang berusia dewasa. Dengan bekerja, individu berusia dewasa tidak hanya akan memperoleh penghasilan namun juga memiliki kesempatan melakukan pengungkapan dirinya sebagai termasuk pengungkapan minat dan bakat yang dimilikinya.

Pengungkapan ini penting karena akan memberikan pengaruh pada kesejahteraan psikologis maupun kesehatan fisiknya. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika setelah berhenti bekerja, meskipun tetap jaminan memiliki finansial, banyak orang yang kemudian justru merasa tertekan secara psikologis dan mengalami penurunan kesehatan fisik.

Minat dan bakat seseorang yang menjadi salah satu kunci kesejahteraan hidupnya tidak hanya terungkapkan saat dia bekerja. Minat dan bakat dapat juga diungkapkan saat seseorang memilih sekolah dan kegiatan luang dalam hidupnya. Dengan melakukan berbagai aktivitas ini sesuai dengan minat dan bakatnya, seseorang akan menjadi “orang yang tepat di tempat yang tepat”.

Sayangnya, tidak semua orang dapat menjalankan pendidikan dan pekerjaan sesuai dengan minat dan bakatnya. Ada berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Salah satu alasan yang paling banyak adalah tuntutan sosial yang memaksa orang, baik secara sadar maupun tidak sadar, memilih aktivitas, pendidikan, atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya. Tuntutan sosial yang paling sulit ditolak adalah yang datang dari orang-orang penting dalam kehidupan individu. Misalnya orangtua dan anggota keluarga lainnya.

Memaksakan arah

Di banyak keluarga saat ini, banyak terjadi orangtua memaksakan arah dan pilihan hidup anak berdasarkan pertimbangan orangtua sendiri dan bukan minat dan bakat anaknya. Meskipun pertimbangan tersebut tampak rasional, misalnya karena pilihan orangtua ini menjamin adanya fasilitas finansial dan posisi sosial, namun hal tersebut tidaklah boleh dipaksakan. Tentu saja orangtua boleh memberikan saran, namun pilihan terakhir, khususnya bagi anak yang sudah dewasa, tetaplah berada di tangan sang anak sendiri. Demi kebahagiaan dan kesejahteraan hidup anak, orangtua perlu mencari tahu dan pada akhirnya mendukung anak dalam pengungkapan minat dan bakatnya termasuk saat sang anak memilih sekolah atau pekerjaan tertentu.

Berkaitan dengan dukungan orang tua terhadap pengembangan minat dan bakat anak, yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

Melakukan pemeriksaan mendalam

1. Melakukan pemeriksaan mendalam terhadap minat dan bakat anak
Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, orangtua perlu melakkukan pemeriksaan mendalam terhadap minat dan bakat anak dengan cara memperhatikan secara sungguh-sungguh berbagai kecenderungan anak setiap harinya. Kecenderungan anak, baik terkait kesukaan maupun kemampuan, dapat dilihat pada aktivitas sehari-hari yang mungkin tampak remeh. Dari cara anak berbicara dan isi pembicaraan, orangtua dapat melihat apakah anaknya seorang yang rasional atau cenderung emosional. Dari coretan gambar yang dimiliki, orangtua dapat menilai apakah anaknya adalah seorang yang yang detail atau superfisial. Pemeriksaan terhadap kecenderungan yang dimiliki anak bisa juga dilakukan dengan cara minta bantuan ahli lewat tes minat atau tes bakat.

Menerima perubahan pilihan anak



2. Menerima perubahan pilihan anak
Kecenderungan individu, khususnya minat, sangat dipengaruhi berbagai hal di luar dirinya. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kecenderungan tersebut sangat mungkin berubah-ubah. Perubahan akan semakin sering terjadi di saat individu berada di usia remaja. Pada usia ini, individu akan mendapatkan pengaruh yang sangat kuat dari lingkungan sosial di luar dirinya, khususnya dari teman-teman sebayanya. Saat menghadapi berbagai perubahan ini, orangtua tidak perlu merasa bingung. Bagi anak, ini adalah bagian dari suatu proses panjang penemuan diri. Setiap orang akan mengalaminya. Yang perlu dilakukan adalah memberikan masukan terhadap berbagai kecenderungan minat yang hendak dipilih anak. Pada akhirnya, dengan semakin matangnya kepribadian sang anak, kecenderungan yang dimiliki akan semakin mengerucut pada pola-pola tertentu.

Menghargai keunikan anak

3. Menghargai keunikan anak
Orangtua perlu menyadari bahwa anaknya adalah individu yang unik termasuk dalam hal kecenderungan-kecenderungan yang dimilikinya. Orangtua tidak perlu silau dan mengagumi anak-anak lain yang memiliki minat dan bakat yang secara sosial lebih populer. Yang perlu dilakukan adalah menghargai keunikan yang dimiliki anaknya dan mendukung apa yang menjadi pilihan sang anak. Membandingkan anaknya sendiri dengan anak lain bukanlah hal yang bijaksana. Bukannya akan menjadi lebih baik, anak justru dapat mengalami tekanan apalagi saat orangtua mulai memaksakan anaknya memilih hal tertentu hanya karena populer padahal tidak disukai anak.

Y. Heri Widodo, M.Psi., Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma dan Pemilik Taman Penitipan Anak Kerang Mutiara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya