Liputan6.com, Copenhagen - Apa hubungan perkembangan tumor agresif dengan perkembangan bayi dalam kandungan? Pertanyaan ini terngiang-ngiang di kalangan ilmuwan yang menengarai pertumbuhan tumor secara agresif memiliki kesamaan dengan perkembangan janin yang sangat cepat dalam kandungan. Sama-sama berasal dari segelintir sel.
Di sisi lain, penelitian di Denmark untuk menciptakan vaksin malaria baru malah mengungkapkan rahasia yang berpotensi untuk membantu pengembangan pengobatan kanker. Bagaimana bisa?
Baca Juga
Para peneliti dari University of Copenhagen sedang menjajal vaksin malaria pada seorang wanita hamil dan mendapati bahwa jenis karbohidrat yang didekati oleh parasit malaria di dalam plasenta identik dengan jenis karbohidrat di dalam sel-sel kanker yang membantu pertumbuhan sel-sel kanker tersebut.
Advertisement
Para peneliti kemudian melakukan percobaan di laboratorium untuk mereka ulang jenis protein yang dipakai oleh parasit malaria sebagai ‘lem’ mereka untuk menempel ke plasenta. Kemudian, protein itu dicampur dengan zat racun penghancurnya.
Ternyata, campuran itu menjadi zat yang mematikan bagi tumor. Penambahan racun itu menyebabkan protein lem tersebut tertarik kepada sel-sel kanker. Campuran itu kemudian menempel ke sel kanker dan terserap ke dalamnya untuk kemudian melepaskan racun tersebut di dalam sel-sel kanker hingga membunuhnya dari dalam.
Ali Salanti dari Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kedokteran di University of Copenhagen mengatakan, “Kami mengamati fungsi karbohidrat yang dimaksud. Di dalam plasenta, zat itu membantu pertumbuhan janin secara cepat. Percobaan kami menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat juga terjadi pada sel-sel tumor."
Ia melanjutkan, "Kami melakukan kombinasi parasit malaria dengan sel-sel kanker. Parasit malaria itu bereaksi kepada sel-sel kanker itu seakan-akan sel-sel kanker itu sebagai plasenta. Parasit itu kemudian melekatkan diri.”
Para peneliti Denmark itu bekerjasama dengan para ilmuwan di University of British Columbia di Kanada dalam penelitian ini. Dua kelompok itu telah maju hingga menguji ribuan contoh kanker. Hasilnya menunjukkan bahwa protein malaria itu akan menyerang 90% dari semua jenis tumor yang ada.
Teknik ini kemudian diamati pada kultur sel dan pada tikus percobaan. Pada tikus yang menderita limfoma non-Hodgkin, perawatan tumor memperkecilnya hingga seperempat ukuran tumor pada tikus yang tidak mendapatkan perawatan.
Tumor juga lenyap pada dua di antara enam tikus yang menderita kanker prostat dalam waktu 1 bulan. Untuk kanker tulang yang bersifat metastatis, lima di antara 6 tikus yang dirawat tetap bertahan hidup selama 8 minggu. Tikus-tikus yang tidak dirawat mati semuanya.
Dengan hasil yang menjanjikan ini, para peneliti sekarang mengarah kepada percobaan pada manusia dalam empat tahun ke depan. Namun pendekatan ini tidak dapat dilakukan pada wanita hamil. Protein yang dicampur racun itu akan menempel pada plasenta (ari-ari) dan membunuh plasentanya, persis seperti ketika racun itu membunuh tumor pada percobaan ini. Penelitian ini sudah diterbitkan dalam jurnal Cancer Cell. (Alx)