Nasib Perempuan Menurut Bung Karno dalam Buku 'Sarinah'

Bagi Sukarno, presiden pertama Republik Indonesia nasib kaum wanita Indonesia tergantung dari tangan mereka sendiri.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Okt 2015, 14:15 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2015, 14:15 WIB
20151010-Ratusan Perempuan Cantik Ikuti Audisi Miss Celebrity Jakarta
Sejumlah peserta audisi tampak menunggu giliran interview ajang pencarian bakat Miss Celebrity (Micel) 2015 yang digelar di Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (10/10). Audisi Micel 2015 digelar di tujuh kota di Indonesia. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Bagi Sukarno, presiden pertama Republik Indonesia nasib kaum wanita Indonesia tergantung dari tangan mereka sendiri. Kaum laki-laki harus terus mengingatkan dan memberikan keyakinan kepada kaum wanita Indonesia tentang pentingnya mereka ikut dalam gerak perjuangan.

Dalam bukunya berjudul "Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia" perempuan Indonesia harus bahu membahu dengan laki-laki mewujudnya cita-cita bangsa yang sejahtera, adil dan makmur, zonder exploitation de lhomme par lhomme.

Sebab syarat mutlak bagi kemenangan revolusi nasional adalah terwujudnya persatuan nasional, yang tentu saja juga terkait dengan relasi antara wanita dan laki-laki Indonesia. Namun Sukarno juga mengingatkan agar wanita tidak terlalu fokus pada perjuangan menuntut hak-hak perempuan dan melupakan perjuangan membela kemerdekaan negara dan bangsa.

"Wanita Indonesia harus melakukan penggabungan tenaga antara perempuan dan laki-laki yang sehebat-hebatnya dan sebulat-bulatnya. Laki-laki dan perempuan Indonesia bersama menuju satu tujuan, tiada satu tenaga pun yang boleh tercecer,"ujar Sukarno.

Feminis atau sosialis, jika golongan-golongan itu masih ada dan tetap dipertahankan, jangan sampai bertentangan satu sama lain, sebaliknya harus terus bahu membahu ke satu arah, tujuan revolusioner: menggempur penjajahan, membangun negara dan mencapai Indonesia merdeka.

Sukarno sadar, bahwa masalah-masalah yang menyangkut persoalan perempuan harus secepatnya dipecahkan. Sukarno pun telah berkali-kali bermusyawarah dengan pemimpin-pemimpin wanita Indonesia yang membahas tentang masalah-masalah seputar perempuan yang belum tuntas di Indonesia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya