Kunci Tetap Bahagia di Hari Tua

Mempertahankan kehidupan sosial yang aktif, bahkan ketika kesehatan Anda mulai menurun, bisa jadi kunci tetap bahagia sampai akhir hayat.

oleh Nilam Suri diperbarui 14 Mar 2016, 09:30 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2016, 09:30 WIB
Kunci Tetap Bahagia di Hari Tua
Mempertahankan kehidupan sosial yang aktif, bahkan ketika kesehatan Anda mulai menurun, bisa jadi kunci tetap bahagia sampai akhir hayat.

Liputan6.com, Jakarta Ternyata, rahasia tetap bahagia di hari tua bukanlah cincin di jari manis Anda, selalu memiliki cemilan favorit, atau bahkan memiliki simpanan besar. Tapi, terletak pada teman-teman di sekeliling Anda - dan sebesar apa usaha Anda untuk mempertahankan mereka.

Mempertahankan kehidupan sosial yang aktif, bahkan ketika kesehatan Anda mulai menurun, bisa jadi kunci tetap bahagia sampai akhir hayat.

Sebuah penelitian baru yang dipublikasikan dalam American Psychological Association menyiratkan, memiliki kehidupan sosial yang ramai dan memprioritaskan aktivitas sosial bisa membantu menekan menurunnya kesehatan lansia. Studi ini mencerahkan karena di dalamnya dipaparkan tindakan yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan hal ini. 

Para peneliti menyaring data dari 2.900 partisipan yang sekarang sudah meninggal, dalam sebuah Socio-Economic Panel Study di Jerman. Sebuah survei representatif longitudinal tahunan nasional dari 30.000 penduduk dewasa di Jerman Barat dari tahun 1984 sampai 2013, dan dulunya Jerman Timur dari 1990 sampai 2013.

Survei ini mengumpulkan informasi setiap tahun dari beberapa aspek kehidupan para partisipan, termasuk kepegawaian, pekerjaan, pendapatan, kesehatan, dan indikasi kepuasan.

Peneliti menemukan, partisipasi dalam kegiatan sosial dan target sosial keduanya dihubungkan dengan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi di usia lanjut.

Dalam kasus ini, uniknya, peranan keluarga tidak terlalu berpengaruh. Target keluarga tidak dihubungkan dengan kondisi kehidupan yang lebih baik pada orang lanjut usia. "Kehidupan keluarga kadang campur aduk, tak hanya sumber kebahagiaan, tapi juga kekhawatiran dan tekanan, stres dan kesedihan," pemimpin penelitian Dr. Denis Gerstorf, dari Humboldt University mengatakan dalam rilis.

"Sebagai contoh, mencintai pasangan sering membuat seseorang menjadi rentan menurun kesehatannya ketika pasangannya itu menderita keterbatasan fisik maupun secara kognitif," lanjutnya.

Hal ini adalah sesuatu yang indah. Ini adalah pengingat, seiring usia bertambah, kita harus tetap mempertahankan teman yang terus setia baik dalam susah maupun senang. Dan menjalin pertemanan yang baru seiring waktu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya