Liputan6.com, London - Hati siapa yang tidak hancur ketika orang yang disayang pergi. Tak cuma itu, kehilangan pasangan yang dicintai untuk selama-lamanya bisa menimbulkan masalah pada kesehatan jantung orang yang ditinggalkan.Â
Peneliti mengungkapkan orang yang kehilangan pasangan berisiko memiliki detak jantung jadi tidak teratur alias atrial fibrillation (AF)Â . Namun hal ini tidak terjadi selamanya, hanya sekitar 12 bulan sejak ditinggalkan suami atau istri. Risiko masalah pada jantung ini terjadi pada orang di bawah 60 tahun dan sama sekali tidak menduga akan ditinggalkan lebih dulu oleh pasangan.Â
Sering kali, orang-orang yang memiliki AF mungkin tidak bahkan merasa gejala. Ketika tidak menyadari, AF dapat menyebabkan peningkatan risiko stroke.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini diketahui setelah peneliti asal Denmark melakukan analisis data terhadap 89.000 orang dengan atrial fibrillation di antara 1995-2014 yang dibandingkan dengan 886.000 orang sehat seperti mengutip laman Independent, Jumat (8/4/2016).
Peneliti mempelajari hal ini dengan mencari tahu hal-hal yang mungkin memengaruhi terjadinya atrial fibrillation (AF) atau fibrilasi atrium. Mulai dari waktu berkabung, umur dan jenis kelamin, penyakit lain seperti jantung atau diabetes, kesehatan pasangan sebelum meninggal.
Ternyata ada 17.500 orang yang didiagnosis AF telah kehilangan pasangannya. Orang-orang yang terkena penyakit ini biasanya juga memiliki penyakit jantung dan diabetes.
Risiko terbesar terkena AF paling besar antara delapan sampai 14 hari sesudah kematian pasangan. Namun setelah itu secara bertahap detak jantungnya akan kembali normal.
Â