Wanita Jepang Memilih Diam Jika Hadapi Gangguan Makan, Kenapa?

Wanita Jepang seringkali takut mengungkapkan kelainan atau gangguan pola makan mereka.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 01 Mei 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2016, 16:00 WIB
Gangguan makan
Hanya sedikit wanita Jepang yang mencari bantuan untuk mengatasi gangguan makan mereka pada 2014.

Liputan6.com, Jakarta Setiap hari sebagian besar wanita di seluruh dunia berjuang mengatasi rasa kurang percaya diri terkait berat badan dan penampilan. Tak sedikit dari mereka memilih menyimpan galau dalam diam, tanpa usaha mencari pertolongan. Wanita Jepang, contohnya. Secara budaya, wanita Jepang seringkali takut mengungkapkan kelainan atau gangguan pola makan mereka karena khawatir dianggap memalukan.

"Mereka merasa perlu menyembunyikannya. Orangtua mungkin berpikir mereka membuang-buang makanan sehingga mencegah mereka mencari bantuan," kata seorang wanita yang diwawancara BBC.

Hanya sedikit wanita Jepang yang mencari bantuan untuk mengatasi gangguan makan mereka pada 2014. Kurang lebih 10 ribu wanita yang akhirnya berani mencari bantuan untuk mengatasi gangguan pola makan mereka. Jumlah tersebut sangat sedikit bila dibandingkan populasi negeri sakura itu, yakni lebih dari 126 juta orang pada 2015.

Sistem kesehatan di Jepang pada beberapa area tak berhasil mengatasi stigma gangguan pola makan. Meski pemerintahnya telah berjanji akan lebih memperhatikan masalah ini pada 2014, pemerintah hanya mensponsori sedikit grup yang peduli terhadap masalah ini. Diharapkan hal ini akan lebih bisa diatasi di masa mendatang.

Gangguan pola makan tentunya berasal dari beberapa masalah yang kompleks. Meski begitu, akar utama gangguan pola makan secara umum terkait dengan standar kecantikan dan pendapat bahwa kurus itu cantik, dilansir dari laman Popsugar, Minggu (1/5/2016).

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya