Liputan6.com, Los Angeles - Mpho Boadia (36) mendapat resep untuk membantunya menghilangkan depresi dan stres pasca-trauma akibat kematian yang mendadak seorang temannya pada 2010. Beberapa minggu kemudian, seluruh tubuh dan wajahnya mengalami bintil merah.
Dokter percaya ia terkena cacar air. Namun, bintil merah di kulitnya semakin buruk, dan menjadi luka setelah pecah. Mpho pun dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif.
Baca Juga
Ia pun didiagnosis menderita Stevens Johnson Syndrome, yaitu penyakit langka di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan akibat infeksi ringan atau obat-obatan. Parahnya, bintil merah itu mengelupas di seluruh tubuh, mulai mata, mulut, hingga tenggorokan.
Advertisement
Bintil merah pada kulit itu juga membuat Mpho Boadia mati rasa di seluruh tubuhnya. Ia pun bercerita saat hidungnya mengembuskan napas seolah-olah ada potongan daging yang akan jatuh.
Pada akhir Februari 2013, Mpho Boadia pun dirawat secara intensif di Rumah Sakit Klerksdorp, dan diletakkan di bawah anestesi umum. Ia merasa seluruh tubuhnya lecet.
"Bintil merah itu benar-benar gatal. Saya segera menyadari ada sesuatu yang salah," ujarnya dilansir Dailymail, Kamis (9/6/2016).
"Saya seperti dibakar dengan besi. Melepuh di seluruh tubuh, dan kulit jadi terkelupas. Itu mengerikan dan menyakitkan. Kepala saya membusuk. Saya merasakan panas dari dalam ke luar," lanjutnya.
Mpho Boadia pun sempat menghabiskan waktu dua minggu di ruang isolasi dalam keadaan tidak sadar, dengan infus yang terpasang dan penuh antibiotik. Kemudian saat dipindah ke ruang perawatan intensif, seluruh keluarga termasuk sang ibu sudah berkumpul. Bahkan seorang imam Katolik sudah membacakan ritual terakhir.
"Saya samar-samar ingat ibu saya menangis. Tapi saya kesakitan. Tak lama lagi hidup saya akan berakhir. Seperti saat saya tertidur, kulit merobek, dan jatuh. Saya tidak bisa berdiri, kaku, dan sempat jatuh," kata ibu dua anak kembar ini.
Wanita berkulit eksotis ini menyadari kalau dirinya akan segera meninggal. Namun, hatinya bertekad untuk melawan sakitnya tersebut. "Saya mulai tawar-menawar dengan Tuhan. Dan itu berhasil."
Dalam beberapa minggu, ia sudah pulih. Sebulan kemudian, tepatnya pada April 2013, ia keluar dari rumah sakit. Perlahan-lahan ia mulai mengumpulkan kekuatan, meski sangat sakit.
Setelah tiga tahun berselang, Mpho Boadia pun hampir pulih, dan sudah memulai hubungan baru dengan seorang pria, Marco Calligaro.
"Saya merasa jauh lebih baik sekarang. Saya tidak akan pernah memiliki tubuh berwarna karamel lagi tapi saya punya sesuatu yang lebih baik-hidup saya. Secara emosional, saya baik-baik saja. Saya sudah berjuang, dan menang. Tak ada yang bisa meramalkan apa yang terjadi pada saya. Ini membuat saya menjadi orang yang lebih baik," kata Mphoa Boadia.