Memahami Kondisi Mental Korban yang Selamat dari Bencana Besar

Seseorang yang pernah lewati peristiwa tragis seperti pesawat jatuh, ledakan bom, sunami dan lainnya sangat mungkin alami gangguan mental.

oleh Adanti Pradita diperbarui 24 Des 2016, 13:55 WIB
Diterbitkan 24 Des 2016, 13:55 WIB

Liputan6.com, Jakarta Ketika ada berita muncul soal peledakan bom di suatu tempat atau pesawat jatuh, tentunya kita akan berandai-andai mengenai hal yang ada di pikiran para korban yang telah selamat dari tragedi mengerikan itu.

Menurut seorang profesor jurusan Psikologi di Virginia Tech University, Russel Jones, korban bencana sangat mungkin mengalami tiga hal berkaitan dengan gangguan mental yaitu, rasa bersalah berlebihan, Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) atau depresi kronis.

“Seseorang yang selamat dari peristiwa yang membuatnya trauma sangat mungkin menunjukan gejala penyakit mental seperti PTSD, depresi kronis, perasaan bersalah berlebihan atau gabungan dari ketiganya,” tuturnya kepada The Atlantic, mengutip Sabtu (24/12/2016).

Manager American Red Cross yang menangani pemberian jasa serta bantuan kesehatan fisik dan mental untuk korban bencana kecil hingga besar, Valerie Cole, turut menuturkan pendapatnya soal apa yang umumnya dialami korban yang selamat dari musibah berskala besar.

“Seringkali korban yang selamat menunjukan kebingungan dan menjadi lupa akan hal yang baru saja menimpanya lantaran sudah terlalu trauma,” jelasnya.

Valerie menambahkan, “Dalam beberapa kasus, korban yang selamat menunjukan adanya penurunan atau gangguan pada daya ingat mereka, sementara yang lainnya justru ingat secara mendetil peristiwa tragis yang dilaluinya dan menjadi sangat sensitif saat ditanya oleh orang lain."

Dalam jangka panjang, para korban yang selamat sangat mungkin menunjukan gejala alami depresi dan bisa diawali dengan merasakan frustasi setiap harinya pasca tragedi.

Tidak hanya para korban saja namun juga orang-orang terdekat dan di sekitar korban juga sangat mungkin terkena dampaknya dan turut mengalami penyakit mental PTSD.

“Tidak perlu seseorang mengalami kejadian mengerikan dalam hidupnya, cukup tahu atau kenal dengan seseorang yang telah menjadi korban, ia akan juga merasa sedih hingga akhirnya bisa menderita PTSD,” kata Russel Jones.

Jones menerangkan, “penelitian pada tahun 2011 lalu terhadap kasus penembakan di Virginia Tech tahun 2007 silam menunjukan fakta bahwa beberapa siswa dan siswi yang tidak secara langsung terlibat dalam penembakan dan hanya sekedar mendengar suara tembakannya saja dari kelas masing-masing, kini mengalami PTSD.”

Ini membuktikan betapa kuatnya dampak peristiwa atau musibah besar pada mental seseorang.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya