Masalah Seksual Juga Bisa Bikin Sakit Kepala

90 persen perempuan yang mencari bantuan medis untuk masalah sakit kepala mereka, ternyata juga mengalami disfungsi seksual secara bermakna

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 17 Mei 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2017, 11:00 WIB
Seks
Lebih dari 90 persen perempuan yang mencari bantuan medis untuk masalah sakit kepala mereka, ternyata juga mengalami disfungsi seksual secara bermakna ( Foto : iStock)

Liputan6.com, Jakarta Setiap orang pasti pernah merasakan sakit kepala. Keluhan ini memang sangat umum terjadi, dengan penyebab yang beragam. Pada perempuan yang kerap sakit kepala, terutama migrain, kemungkinan didasari oleh adanya masalah seksual. Demikian menurut sebuah studi yang dilakukan di Italia belum lama ini.

Masalah seksual memang bisa bikin “pusing”! Banyak orang tahu akan hal itu. Namun, belum banyak studi yang khusus meneliti kaitan antara sakit kepala dan masalah seksual. Para peneliti di University of Pavia, Lombardy, Italia pun tertarik mengadakan studi tentang masalah tersebut.

Hasilnya menunjukkan lebih dari 90 persen perempuan yang mencari bantuan medis untuk masalah sakit kepala mereka, ternyata juga mengalami disfungsi seksual secara bermakna. Bahkan, 29 persen di antaranya dilaporkan merasa tertekan akibat kehidupan seksual yang kacau.

Masalah seksual pada perempuan, meliputi rendahnya dorongan, keinginan, atau gairah seksual, kesulitan mengalami orgasme, nyeri saat berhubungan seksual, dan lainnya.

Bukan hanya kepuasan, orgasme juga bermanfaat untuk kecantikan! (Foto: independent.co.uk)

Penelitian terhadap 100 orang perempuan berusia rata-rata 40 tahun itu, sebagai upaya mengobati sakit kepala yang sudah tahunan (kambuhan) diderita para responden. Kebanyakan mengalami migrain, beberapa mengeluhkan nyeri kepala tegang otot (tension), atau nyeri kepala kronis (artinya mereka mengalami sakit kepala lebih dari 15 hari setiap bulannya).

Para peneliti mewawancarai responden, dan memberi mereka tes neurologi serta mengumpulkan rincian riwayat medis masing-masing. Para peserta juga diminta mengisi lengkap pertanyaan seputar kehidupan seksual mereka. Mereka menemukan dalam jawaban kuesioner, ada 91 partisipan yang memperlihatkan mereka memiliki masalah seksual.

Sekitar 20 persen dari perempuan itu memiliki kriteria gangguan dorongan seksual yang rendah yang berlangsung lama dan telah menyebabkan tekanan mental. Tak kurang dari 17 persen dilaporkan memiliki dorongan seksual yang rendah, tetapi tidak merasa tertekan atas kondisi tersebut.

Meski disfungsi seksual yang terjadi tidak terlalu berlainan pada berbagai jenis sakit kepala, perempuan dengan sakit kepala kronis lebih mungkin merasa tertekan dalam kehidupan seksual mereka, dibandingkan peserta yang lain. Hasil studi di Italia ini telah dipublikasikan dalam jurnal Sexual Medicine edisi online, Februari lalu.

Ilustrasi Foto Pasangan Bertengkar (iStockphoto)

Memicu Perselisihan
Pengetahuan tentang kaitan seksualitas dengan keluhan sakit kepala pada kaum perempuan, menurut peneliti, masih sangat sedikit. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat menentukan bahwa penanganan disfungsi seksual pada perempuan diperlukan untuk mengatasi masalah sakit kepala tersebut.

Dari penelitian itu juga muncul saran agar para dokter memasukkan persoalan seksual dalam anamnesis (wawancara) dengan pasien, ketika menerima pasien dengan keluhan nyeri kepala hebat. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa menjelaskan kaitan sakit kepala dengan masalah seksual. Para peneliti mengamati bahwa beberapa tipe nyeri kronis akan memengaruhi keinginan atau hasrat seksual.

Orang yang mengalami sakit kepala seringkali berdampak pada terjadinya gangguan mood seperti halnya depresi dan kecemasan, yang kemudian memengaruhi dorongan seksual serta kepuasan. Sakit kepala bisa juga menyebabkan timbul perselisihan pada pasangan, sehingga kehidupan seksual meredup.

Selain itu, obat-obatan untuk mengatasi sakit kepala atau gangguan mood juga dapat memengaruhi kehidupan seksual seseorang.

Jika terindikasi adanya gangguan seksual, yang terbaik tentu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter ahli seksologi. Bila tidak tepat penanganannya, gangguan seksual bisa saja berlanjut dan keluhan sakit kepala tidak segera teratasi.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya