Pemerintah Turki Tanggung Biaya Pengobatan Penyakit Mahal Ini

Spinal muscular atrophy bisa dibilang penyakit mahal karena biaya pengobatannya yang mencapai miliaran rupiah.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 05 Jun 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 13:30 WIB
Ilustrasi
Spinal muscular atrophy bisa dibilang penyakit mahal karena biaya pengobatannya yang mencapai miliaran rupiah. (Ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta Pasien atrofi otot tulang belakang (spinal muscular atrophy) berumur delapan bulan di Turki meninggal dunia karena kekurangan biaya. Orangtua si bayi membutuhkan 2 juta lira Turki (Rp 7 miliar) guna menebus semua obat. Namun, belum sempat uang itu terkumpul, nyawa bayi bernama Eymen Capkin telanjur melayang.

Becermin dari kasus bayi Eymen, Kementerian Kesehatan setempat langsung menyurati badan asuransi kesehatan negara agar menanggung biaya pengobatan pasien atrofi otot tulang belakang. Surat itu mendapat respons yang cukup baik. Badan asuransi kesehatan negara itu sudah memegang data 114 orang pasien yang berhak untuk "ditolong".

Ada 253 pasien SMA yang mengajukan biaya pengobatan. Sebanyak 132 orang di antaranya didiagnosis dengan tipe 1 (parah), karena penyakit tersebut merupakan warisan yang diturunkan kepada si kecil saat berumur 3-6 bulan. Dari 132, hanya 114 orang pasien yang dilaporkan memenuhi syarat untuk menerima bantuan dari pemerintah.

Badan asuransi kesehatan tidak sembarangan memilih pasien. Mereka terlebih dahulu berkonsultasi dengan perusahaan penyedia obat. Apakah obat yang pasien butuhkan tersedia atau tidak.

Biaya pengobatan untuk atrofi otot tulang belakang tidak murah. Contohnya, pasien Eymen, yang memerlukan uang jutaan lira Turki untuk dapat sembuh. Uang sebesar itu sudah termasuk perawatan dan pengobatan.

Dikutip dari situs Hurriyet Daily News, Senin (5/6/2017), ayah Eymen, Metin Capkin, mengatakan, pihaknya sempat ditolong oleh sebuah komisi yang bertugas melakukan penggalangan dana guna menolong biaya perawatan dan pengobatan masyarakat tidak mampu di sana. Namun, Eymen tak bisa menunggu lama, dan harus segera diobati. Sementara pihak rumah sakit belum bisa bertindak jika uang tersebut belum ada.

Malang, begitu uang terkumpul sesuai yang dibutuhkan, Eymen sudah meninggal dunia. Dana yang terkumpul itu akhirnya akan diberikan kepada dua pasien dengan atrofi otot tulang belakang yang kurang beruntung di provinsi tersebut. 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya