Liputan6.com, Jakarta Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Alie Humaedi mengatakan aktivitas seseorang di medsos atau media sosial dan aplikasi digital lainnya bukan hanya mengejar eksistensi tetapi juga memiliki relasi ekonomi politik.
"Aktivitas di medsostidak hanya untuk eksistensi, tetapi juga untuk mencari keuntungan. Seseorang bisa mendapat uang dari aktivitasnya di media sosial," kata Alie dihubungi dari Jakarta, Senin.
Alie mengatakan akun di media sosial dan aplikasi digital lainnya yang memiliki banyak pengikut, "follower" atau "subscriber", akan mendapatkan iklan atau dukungan dari produk tertentu.
Advertisement
Semakin akun tersebut terkenal, maka pengikutnya akan semakin banyak. Semakin banyak akun tersebut mendapat perundungan, maka kemungkinan mendapatkan pengikut juga semakin banyak.
"Di media sosial, dipuja maupun dihujat sama-sama menguntungkan. Mungkin secara teori hal itu sangat dialektis," tuturnya.
Fenomena itu tampaknya menjelaskan fenomena lain, yaitu para orang tua, terutama dari kalangan selebritis, yang membuatkan anak-anaknya akun medsos. Bahkan anak yang baru lahir pun sudah dibuatkan akun media sosial.
"Orang tua ingin anaknya dipuja di ruang virtual. Di sisi lain, eksistensi si anak di ruang digital juga bisa memberikan keuntungan bagi orang tua," katanya.(Antara/Dewanto Samodro)