Liputan6.com, Jakarta Munculnya kembali kasus tawuran pelajar di Jakarta, membuat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong upaya pencegahan. KPAI mencontohkan salah satu acara yang mampu berhasil mempersatukan para pelajar adalah Asian Games 2018.
Salah satu cara yang disarankan KPAI adalah dengan mengadakan kegiatan rutin berupa pentas seni atau olahraga yang dilakukan antar sekolah. Pernyataan itu direkomendasikan oleh KPAI di kantornya, Menteng, Jakarta Pusat. Ditulis Kamis (13/9/2018).
Baca Juga
"Harus digelar secara rutin berbagai kegiatan pentas seni maupun olahraga bersama antar sekolah yang kerap tawuran sehingga energi negatif bisa dihilangkan dan saat melakukan aktivitas bersama, bisa saling mengenal lebih dalam sehingga meminimalkan konflik," ujar Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti.
Advertisement
Retno memberikan contoh dengan Asian Games 2018 yang baru saja usai digelar beberapa waktu lalu.
"Asian Games 2018 adalah contoh positif ketika ribuan pelajar dan berbagai sekolah menyatu, berlatih menari selama beberapa bulan, sehingga menghasilkan tarian indah yang kita saksikan saat pembukaan Asian Games 2018 lalu di GBK, Jakarta," kata Retno.
KPAI juga meminta agar penyelesaian harus berfokus untuk menemukan akar masalahnya, serta melakukan pendekatan mediasi yang melibatkan orangtua siswa.
Orangtua dan guru juga harus memiliki media sosial dan mengetahui media sosial anak-anak, yang berpotensi melakukan tawuran. Hal tersebut harus dilakukan agar bisa mencegah terjadinya tawuran.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
Â
KPAI Temukan Kasus Tawuran Muncul Lagi
Sebelumnya, KPAI menemukan kasus tawuran yang menewaskan seorang pemuda 16 tahun di Jakarta Selatan. Polisi menyatakan, korban yang berinisial AH tewas setelah diserang dengan celurit dan air keras.
KPAI mencatat, terhitung sejak 23 Agustus 2018 hingga Sabtu, 8 September 2018, sedikitnya telah terjadi empat kali tawuran di wilayah berbeda. Empat kasus tersebut berada di Permata Hijau, Kolong Tol JORR W2, Jalan Cileduk Raya wilayah Kreo dan Jalan Cileduk Raya wilayah Tangerang.
Retno mengatakan, pola tawuran antar pelajar yang terjadi akhir-akhir ini kerap dipicu oleh masalah sepele seperti saling ejek dan perundungan di media sosial.
"Mereka pun kerap janjian tawuran melalui media sosial, seperti menentukan tempat dan waktu tawuran, lengkap dengan jam yang disepakati," ujar Retno dalam konferensi pers di kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat.
Selain itu, untuk menghindari pihak kepolisian, tawuran dilakukan di jam-jam luar sekolah yaitu saat dini hari, ketika jalanan masih sepi.
Advertisement