Ketahui, 2 Aspek Kunci Keamanan Pangan

Organisasi Pangan Dunia menyatakan untuk menangani kelaparan dengan menjaga keamanan pangan. Namun, masalah tersebut juga karena sulitnya akses air bersih dan sanitasi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Nov 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2018, 14:00 WIB
Ilustrasi - Pengiriman air bersih di Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Pengiriman air bersih di Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta Laporan Food and Agriculture Organization atau Organisasi Pangan Dunia menyebutkan hampir setengah miliar penduduk di negara-negara Asia Pasifik mengalami kelaparan. Salah satu masalah yang menjadi penyebab dari hal tersebut adalah ketidakamanan pangan karena sulitnya akses ke air bersih dan sanitasi di beberapa negara.

Melansir New York Post pada Selasa (6/11/2018), laporan tersebut menyatakan adanya dua faktor yang berkontribusi terhadap ketidakamanan pangan di Asia-Pasifik. Keduanya adalah bencana yang terkait iklim dan akses yang tidak memadai terhadap air bersih dan sanitasi.

Sebuah studi di Indonesia yang dikutip dalam laporan tersebut menemukan, prevalensi stunting sangat erat kaitannya dengan akses ke kamar mandi yang lebih baik. Anak-anak yang keluarganya bergantung pada air yang tidak diolah lebih dari tiga kali,  berisiko terkena stunting jika rumah mereka tidak memiliki jamban.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bergantung pada air minum dalam kemasan

Ilustrasi minum air putih
Di Kamboja, sebuah penelitian menemukan masih ditemukannya bakteri dalam air minum dalam kemasan (iStock)

Sementara itu, laporan tersebut mengatakan bahwa akses air minum menurun di daerah perkotaan. Banyak penduduk miskin di Asia Tenggara bergantung pada air kemasan yang diklaim baik untuk diminum. Namun, itu tidak menghindarkannya dari kontaminasi.

Sebuah studi sampel di Kamboja menemukan, 80 persen dari air tersebut mengandung bakteri dan terkontaminasi tinja.

 


Mengakhiri praktek BAB sembarangan di India

Hari Kemerdekaan India
Seorang gadis mengibarkan bendera India saat para siswa melakukan tarian selama perayaan Hari Kemerdekaan India, di Jammu, India, (15/8). India merdeka dari kolonialis Inggris pada tahun 1947. (AP Photo / Channi Anand)

Laporan ini menyebutkan, di India misalnya, usaha untuk mengakhiri praktek buang air besar sembarangan menjadi sangat menantang. Sebagian besar karena faktor adat.

Di 2014, negara ini meluncurkan kampanye untuk mengakhiri aktivitas tersebut di 2019. Mereka juga meningkatkan cakupan jamban hingga 65 persen. Di kota-kota, kemajuan ini terlihat lebih cepat.

Para penulis studi mengatakan, penyediaan air minum bersih yang cukup dan sanitas untuk mencegah penyakit, terutama pada anak-anak, sangatlah penting.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya