Liputan6.com, Jakarta Agar tidak terjadi penyebaran penyakit, korban tsunami Selat Sunda harus segera diobati. Korban yang terluka, setelah dievakuasi perlu segera mendapat pertolongan.
Baca Juga
Advertisement
Dampak tsunami Selat Sunda juga menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Lingkungan menjadi tidak sehat dan sumber penyakit. Bakteri penyakit bisa menyerang manusia.
"Karena itu, yang pertama dilakukan, segera evakuasi korban meninggal. Jika korban meninggal lama dibiarkan bisa membawa dampak lingkungan (menyebarkan penyakit). Bagi korban terluka harus segera diobati," kata Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nila Moeloek saat meninjau lokasi korban tsunami Selat Sunda di Pandeglang, Banten, kemarin, Senin, 24 Desember 2018.
Menkes Nila juga mengingatkan warga terdampak tsunami Selat Sunda di Banten agar memerhatikan kesehatan lingkungan. Hal tersebut menjadi penting supaya tidak memperburuk keadaan masing-masing warga.
“Kita mencegah agar tidak terjadi penyakit yang bersumber dari lingkungan,” ucap Menkes Nila, dikutip dari Sehat Negeriku, Selasa (25/12/2018).
Saksikan video menarik berikut ini:
Penyemprotan desinfektan
Menkes Nila melanjutkan, langkah selanjutnya mencegah penyebaran penyakit pasca tsunami Selat Sunda adalah pembersihan lingkungan. Misal, penyemprotan desinfektan dan pemasangan alat penjernih air untuk digunakan warga.
Kementerian Kesehatan juga sudah mengirimkan bantuan obat-obatan. Sebanyak 36 koli obat dengan berat 315,9 kg telah diterima langsung Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Obat tersebut akan didistribusikan ke lokasi terdampak tsunami, yakni Serang dan Pandeglang.
Tim Pusat Krisis Kesehatan sudah membawa 50 kantong jenazah. Tim Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas 1 Tanjung Priok juga bergerak membawa dua ambulans, obat, alat medis, dan 19 kantong jenazah.
Untuk ketercukupan makanan, ada biskuit yang bisa diberikan kepada korban tsunami.
“Satu lagi yang penting buat pengungsi, kami punya biskuit yang tinggi protein bisa diberikan pada anak-anak balita, anak sekolah, dan ibu-ibu hamil,” ujar Menkes Nila.
Advertisement