Liputan6.com, Banten Perayaan Natal 2018 yang seharusnya dipenuhi tawa dan iringan musik menggembirakan tergantikan lantunan doa-doa kesedihan untuk para korban tsunami Selat Sunda. Di salah satu gereja di area Pantai Carita, yang juga dihantam dengan tsunami, perayaan Kelahiran Yesus Kristus berlangsung dengan suasana muram.
Baca Juga
Advertisement
Tepat pada Hari Natal kemarin, Pastor Markus Taekzhari menyampaikan, Gereja Pantekosta Rahmat di daerah Carita tidak merayakan Natal dengan lagu-lagu gembira tahun ini.Â
Jemaat yang menghadiri misa di malam Natal pun hanya sekitar 100 orang. Padahal, biasanya jumlah jemaat yang hadir bisa dua kali lipat.Â
Ternyata, banyak jemaat yang telah meninggalkan daerah Carita, menuju wilayah ibukota, Jakarta, atau lokasi lain yang jauh dari zona bencana tsunami Selat Sunda.
"Ini adalah situasi yang tidak biasa karena kami terpukul akibat bencana yang sangat buruk. Ya, itu menewaskan ratusan saudara dan saudari kami di Banten," kata Taekz, dikutip dari NBC News, Rabu (26/12/2018). "Jadi, perayaan Natal ini penuh dengan kesedihan.
Dalam perayaan Natal 2018 ini, para pemimpin gereja juga meminta umat Kristen di seluruh Indonesia untuk berdoa bagi para korban tsunami Selat Sunda.
Â
Â
Saksikan video menarik berikut ini:
Kerahkan anjing pelacak
Hingga saat ini, evakuasi korban tsunami Selat Sunda masih terus berlangsung. Tim evakuasi silih berganti membawa kantong mayat berwarna kuning, oranye, dan hitam yang berisi jenazah.Â
Banyak orang yang mencari keluarga dan saudara yang dicintainya. Pencarian korban tsunami juga menggunakan anjing pelacak.
Kehancuran tsunami pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam terlihat di sepanjang garis pantai, yang mana gelombang hingga 2 sampai 5 meter menghancurkan kendaraan, pohon, dan bangunan.
Advertisement